takhrij hadits tentang hadits etika duduk dipinggirjalan
BAB 1
GAMBARAN UMUM HADITS
A. Pendahuluan
Da’wah adalah upaya mulia yang bertujuan untuk mengajak manusia agar melaksanakan kebaikan dan menjahui kemungkaran. Da’wah merupaka suatu keniscayaan karena kebaikan tersebut tidak akan tegak dengan sendirinya bila tidak diperjuangkan.
Oleh sebab itu kita sebagai umat islam tentu memiliki peran dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Salah satu scaranya adalah dengan berda’wah, karena melalui da;wah inilah kemungkaran dan kemaksiatan bias di antisiapasi.
Sementara itu, rujukan untuk berda’wah setelah al-quran adalah hadits nabi Muhamad SAW. Menurut Mushtha Alsiba’i dan Muhammad ‘Ajaj al Khatib mendefinisikan hadits sebagai:” segala sesuatu yang berasal dari Rasullulah, baik berupa qawl (perkataan, ucapan, sabda), fi’il (perbuatan, kelakuan) maupun taqrirnya (ketettapan, anggukan, dan diamnya), sifatnya baik fisik jasmaniah maupun akhlak moralitas, atuapun sirah (perjalanan hidup) baik itu sebelum beliau diutus sebagai rasul maupun sesudahnya. Oleh karena itulah, hadits merupakan rujukan kedua setelah al-quran.
Maka semestinyalah seorang da’i harus tahu kualitas hadits yang dijadikannya sebagai bahan da’wah, seyogyanyalah ia meninggalakan hadits yang nilainya lemah (dha’if), dongeng-dongeng, Tahayul yang dapat merusak aqidah umat islam.
Seorang da’i harus melaksanakan apa-apa yang disampaikannya pada orang lain, serta juga pada keluarganya sendiri karena Allah secara tegas menyatakan untuk memilihara diri dan keluarga dari api neraka (QS. Attahrim ayat 6), jangan sampai apa yang disampaikannya itu bertolak belakang dengan sifat dan kepribadian dari seorang da’I tersebut.
Namun pada realitanya sekarang, banyak para da’i dalam menyampaikan hadits yang kadang kala tidak tahu bagaimana status dan kualitas hadits tersebut, apakah shahih, hasan atau dha’if. Dan seringkali para da’i tersebut tidak menyebutkan sanad dan rawinya ketika dalam berda’wah. Hal ini tentu harus diperhatikan secara teliti sehingga jangan sampai suatu yang bukan berasal dari nabi tetapi dikatakan sebagai sebuah hadits, karena bias saja para da’i tersebut menyatakan syair-syair Arab, pepatah-pepatah Arab atau kata-kata bijak dan lain-lain sebagai sebuah hadits.
Begitu juga dengan para penulis majalah-majalah islami yang menyebutkan hadits –hadits dan menisbatkannya kepada nabi tanpa menyebutkan sumbernya. Meskipun demikian, mereka mengklaim bahwa hadits itu benar-benar dari nabi, padahal terkadang diantaranya ada yang lemah atau bahkan palsu, lalu sebagian mereka tidak memberi penjelasan sedikitpun tentang makna hadits tersebut. Padahal tidak dibenarkan bagi seseorang muslim untuk menisbatkan suatu hadits kepada nabi melainkan telah terbukti keontentikanya menurut kaidah para ahli hadits. Sebagaimana nabi bersabda:
حد ثنا ابو معمر قال حد ثنا عبدالوارث عن عبد العزيز قال انس انه ليمنعنى ان احدثكم حديثا كثيرا ان النبي صلى الله عليه وسلم قال من تعمن علي كد با فليثبوا مقعده من النار (البخاري)
Artinya :
(al-bukhari berkata): telah bercerita kepada kami Abu Ma’mar, ia berkata: telah bercerita kepada kami Abd al-Warits(yang cerita itu bersal) dari ‘abd al-Aziz, ia mengatakan: sesungguhnya Anas melarang saya untuk menyampaikan begitu banyak hadits kepadamu, sebab nabi bersabda: siapa saja yang sengaja berdusta kepadaku, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di Neraka( HR. Al-Bukhari).
Jadi disitulah dituntut seorang da’i ataupun para penulis-penulis buku dan majalah-majalah harus mengerti dan tahu dengan status dan kualitas dari hadits tersebut, serta harus mengenal apakah hadits tersebut bsia di amalkan atau tidak karena ini menyangkut dengan kepentingan dan kemaslahatan umat.
Disamping itu, selain untuk memenuhi tugas takhrij al-hadits, tujuan penulis untuk meneliti sebuah hadits juga untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kedudukan sebuah hadits, sehingga penulis sedikit banyaknya bisa mengetahui bagaimana status dan kedudukan hadits yang akan disampaikan.
B.TINJAUAN REDAKSIONAL HADITS
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, dan juga berdasarkan hadits yang penulis teliti yaitu:
عن ابى سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :اياكم والجلوس على الطرقات فقا لوا : مالن بدانماهي مجالسنا نثحدث فيها قال: فاذاابيتم الا المجالس فاعطواالطريق حقها قالوا: وماحقالطريق؟ قال: غضالبصر وكف الادى وردالسلام وامر بالمعروف ونهي عن المنكر (رواه البخاري ومسلم وابو داود).
Artinya : Dari Abu Si’id al-Khudri ra. Rasulullah SAW bersabda :kamu semua harus menghindari duduk diatas jalan (di pinggir jalan). Didalam riwayat lain di jalan mereka berkata, “mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda “ jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat mengobrol, “berilah hak jalan”, mereka bertanya,”apakah hak jalan itu ?” nabi bersabda,” menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, mejawab salam, memerintah kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. (HR Bukhari, Muslim,Abu Daud)
Hadits tersebut penulis kutip dari sebuah buku hadits yang berjudul: Al-Hadits Aqidah, Akhlak,Sosial danHukum, karangan Prof.Dr.H Rachmat Syafe’I,MA, yang diterbitkan oleh CV Setia di bandung tahun 2008.
Sementara itu, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kulia Ulumul Hadits bapak Yusrizal fendi, S.Ag,.M.Ag dan bapak Inong Satriadi, S.Ag.,MA, maka penulis bermaksud meneliti hadits tersebut, apakah hadits tersebut ditemukan dalam kitab hadits atau tidak, serta apakah benar hadits itu riwayat Bukhari, Muslim dan Abu daud atau bukan, atau apakah msih ada para perawi yang meriwayatkan hadits tersebut.
C. Potongan Lafal dan Informasi Mu’jam Hadits
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai matam hadits yang akan penulis teliti, maka penulis mencoba melakukan pencarian dengan beberapa potongan lafal matan hadits. Berikut potongan lafal matan hadits serta informasi yang penulis dapatkan :
Kosakata yang dipakai Mu’jam alhadits jilid dan halaman
keterangan
Kata Bentuk dasar
الجاوس جلس Jilid I halaman 359 اياكم والجلوس على الطقات
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس 114 د ادب 12, ت استءدان 30, دي استئدان 22, حم 3 , 36
الطرقات طرق Jilid III halaman 543 اياكم والجلوس على الطقات
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس 114 د ادب 12, حم 3 , 36, 47 61,
مجالسنا جلس Jilid I halaman 360 مالنابد انما هو (وروي هي) مجالسنا نتحدث فيه
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس114 سلام 2 3 د ادب 12 حم 3, 36
D. Rangkuman Informasi Mu’jam Hadits
Berasarkan keterangan atau petunjuk dari mu’jam diatas, maka penulis dapat merangkum informasi dari mu’jam tersebut. Berikut rangkuman informasi mu’jam Al hadits dari beberapa kosakata matan hadits yang penulis teliti :
خ مظالم22 : صحيح البخاري, كتاب مظالم, رقم الباب 22
استئدان 2 : صحيح البخاري, كتاب استئدان, رقم الباب 2
م لباس: صحيح مسلم, كتاب لباس, رقم الحديث 114
سلام 2,3: : صحيح مسلم, كتاب سلام, رقم الحديث 2,3
د ادب 12: سنن ابوداود, كتاب ادب, رقم الباب 12
دي استئدان 22: سنن الدارمي, كتاب استئدان, رقم الباب 22
ت استئدان 30: سنن الترمدي: كتاب استئدان, رقم الباب 30
حم3, 36, 47 61: مسند الامام احمد بن حنبل,الجز 3, الصفة 61, 41, 36
E. Klarifikasi Informasi Mu’jam al-Hadits ke Kitab Sumber
Maka berdasarkan data diatas, setelah dirujuk pada kitab-kitab sumber hadits yang di maksud ditemukan bahwa hadits ini memiliki 11 jalur periwayatan. Adapun lokus pemuatanya adalah:
NO Nama Kitab Jumlah Riwayat
1 Shahih Bukhari 2 bauah
2 Shahih Muslim 3 buah
3 Sunan Abu Daud 1 buah
4 Sunan Al Darimi 1 buah
5 Sunan Al Turmudzi 1 buah
6 Musnad Ahmad bin Hanbal 3 buah
Jumlah Riwayat 11 buah
F. Komentar Terhadap Informasi Mu’jam
Setelah penulis mencari dikitab mu’jam hadtis, penulis mengalami sedikit kesulitan dalam mencari hadits yang akan penulis teliti khususnya dalam kitab Sunan Al-darimi, yaitu kitab isti’zan nomor bab 22, karena setelah dicari ternyata tidak ditemukan pada no bab yang dimaksud, tetapi penulis menemukan hadits yang dimaksud pada nomor bab 26.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dapat merangkum letak potongan matan hadits yang penulis teliti pada kitab sumber adalahsebagai berikut:
1. Shahih bukhari memuat dua riwayat yakni: pada kitab Mizlam bab nomor 22 dan pada kitab isti’zan bab nomor 2.
2. Shahih Muslim memuat tiga riwayat, yakni : pada kitab libas hadits nomor 114 dan pada kitab salam hadits nomor 2 dan 3.
3. Sunan Abu Daud memuat satu riwayat yakni: pada kitab Adab bab nomor 12.
4. sunan Al-Darimi memuat satu riwayat yakni pada kitab isti’zan bab nomor 22, tapi setelah dicari ternyata ter4dapat pada bab nomor 26.
5. Sunan Al- Tuirmudzi memuat satu riwayat yakni: pada kitab isti’zan bab nomor 30.
6. Musnad Ahmad bin Hanbal memuat satu riwayat yakni: pada juz 3 halaman 36.47 dan 61.
G. KUTIPAN HADITS DARI KITAB SUMBER
1. Shahih Al-Bukhari
a. Kitab Mizlam
حد ثنا معاذ بن فضالة حدثنا ابو عمر حفص بن ميسرة عن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: ايا كم والجلوس على الطرقات فقالوا مالنا بدانماهي مجا لسنا نتحدث فيها قال فاذاابيتم الاالمجا لس فا عطوا الطريق حقها قالوا وما حق الطريق قال غض البصر وكف الاذىوردالسلام وامر بالمعروف ونهى عن المنكر .
b. Kitab Istikzan
حد ثنا عبدالله بن محمد اخبرنا ابوعامر حد ثنا زهير عن زيد ابن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس بالطرقات فقالو ايارسول الله ما لنامن مجا لسنا بد نتحدث فيها فقال اذ ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قال اوماحقالطريق يارسول الله قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر
2. Shahih Muslim
a. Kitab Libas
حدثنا سويد بن سعيد حدثنى حفص بن ميسرة عن زيدبن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس في الطر ات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فاذا ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر
b. Kitab Salam nomor hadits: dua
حد ثناابو بكر بن اابى شيبة حد ثنا عفان حد ثنا عبد الواحد بن زياد حد ثا عثمان بن حكيم عن اسحق بن عبدالله بن ابىطلحة عن ابيه قال قال ابو طلحةكن قعودا بالافنية نتحدث فجاء رسول الله صلى الله عليه وسلم فقام علينا فقال مالكم والمجا لس الصعدات اجتنبوا مجالس الصعدات فقلنا انما قعدنا لغيرماباس نتذا كرو نتحث قال امالافادوا حقها غض البصر ورد السلم وحسن كلا م.
c. Kitab Salam nomor hadits: tiga
حدثنا سويد بن سعيد حد ثنا حفص بن ميسرة عن زيدبن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس بالطرقات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا ابيتم الا المجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.
3. Sunan At-Tirmidzi
حدثنا محمود بن غيلان, حدثنا ابوداود عن شعبة عن ابي اسحاق عن البراء ولم يسمعه منه: ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بناس من الانصار وهم جلوس في الطريق,فقال: ان كنتم لا بدفاعلين فردوا السلام واعين المظلوم واهدواالسبيل
4. Sunan Abu Daud
(صحيح) حد ثنا عبدالله بن مسلمة, نا عبدالعزيز-يعنى ابن محمد.عن زيد- يعني ابن اسلم,عن عطاء بن يسار, عن ابى سعيد الخدري,ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ايا كم والجلوس بالطرقات,فقا لو: يارسول الله ما بد لنا من المجا لسنا نتحدث فيها,فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان ابيتم فاعطوا الطريق حقه,قالوا:وما حق الطريق يا رسول الله؟قال:غض البصر,وكف الاذى,ورد السلام,والامر بالمعروف, والنهى عن ا
لمنكر
<الصحيحة (2431) حجاب المراة(34)>
5. Sunan Al-Darimi
اخبرنا ابوالوليد الطيا لس,ثان ابواسحاق, عن البراء:ان رسول الله صلي الله عليه وسلم مربنا جلوس منالانصار,فقال: انكنتم فاعلين فاهدوا السبيل السبيل, وافشوا السلام, واعينوا المظلوم. قال شعبه:لم يسمع هذالحديث ابواحاق من البراء
6. Musnad Ahmad bin Hanbal
a. Juz 3 halaman 36
حد ثنا عبدالله حدثنى ابى ثنا عبدالرحمن ثنا زهير بن محمد عن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ايا كم الجلوس في الطرقات قال يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها قال فاما اذاابيتم الامجلسن فاعطوا الطريق حقه قال قالوا يارسول الله فم حق الطريق قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.
b. Juz 3 halaman 47
حدثنا عبدالله حد ثنى ابى حد ثنا عبدالملك ثنا هشم عن زيد عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ايا كم الجلوس باالطرقات قالوا يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها قال فاعطوا الطريق حقها قالوا وماحق الطريق يارسول الله قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.
d. Juz 3 halaman 61
حدثنا عبدالله حد ثنى ابى ثنا عبد الرزاق ان معمر عن زيد بن اسلم عن رجل عن ابى سعيد الخدرى ان النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس على الطريق وربما قال معمر على الصعدات قالو يارسول الله لابد لنا من مجا لسنا قال فادوا حقها قالواوما حقها قال ردوا السلام وغضواالبصر وارشداالسا ءل وامرومعروف وانهوا عن المنكر.
BAB II
TEMUAN PENELITIAN
A. Skema Sanad dan I’tibar
dari 10 jalur sanad yang ada sebagaimana yang terlihat pada lampiran skema sanad (jalur Abu Said al-Khudri) riwayat secara keseluruhan dibagian laporan ini, maka penulis dapat melakukan I’tibar.
I’tibar dapat di artikan dengan pemeriksaan terhadap sanad hadits yang diperkirakan ghaib dengan dengan maksud untuk mengetahui apakah ada perawi lain melalui sanad yang lain yang meriwayatkan hadits tesebut. Berikut seluruh nama-nama periwayat.
Melalui cara ini maka, dapat diketahui asal usul seluruh periwayat yang dijadikan sebagai objek kajian, apakah ada muttabi’ dan syahid yang dapat memperkuat hadits yang diteliti.
Beriku penjelasan mengenai muttabi’ dan syahid.
1. Muttabi’(Sanad pendukung)
Sebagaimana yang diketahui bahawa muttabi’ adalah: hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat, namun pada jalur periwayatannya(tabi’ dan tabi’ at-tabi’in) terdapat perbedaan nama periwayat pada masing-masing jalur atau kesesuaian riwayat hadits para perawi dengan perawi fard/gharib, baik secara lafal, makna atau maknanya saja serta sumbe sahabatnya sama. Jadi perbedaan tersebut terjadi pada lapisan kedua dan seterusnya.
Dalam hal ini jalur sanad riwayat al-Bukhari yang berasal dari Abu Said al-Khudri mempunyai 6 muttabi’ yang silsilah sanad dan sighat tahammulnya adalah sebagai berikut:
a. haddatsana Abdullah bin Maslamah na Abdul Aziz yakni Ibnu Muhamad ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an Atha bin Yasar ‘an Abu SA’id al-khudri(HR. Abu DAud).
b. Haddatsana Abdullah Ibnu muhammad, akhbarna Abu amir, tsana zuhair ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an atha bin Yasar,’an abu Said al-kudri(Al- Bukahari)
c. Haddatsana Abdullah, haddatsna Abi (Ahmad bin HAnbal), tsana Abdurahman, tsana zuhairun ‘an zaid ibnu Azlam ‘an atha bin Yasar ‘an abu said al-kudri(amad bin Hanbal).
d. Haddatsana Abdullah haddatsana Abi (Ahmad bin Hanbal) tsana Abdurraza’ ana ma’amar ‘an Zaid ibnu Azlam ‘an Rijal ‘an abu Said Al-khudri(Ahamad bin Hanbal).
e. Haddatsana Abdullah haddatsana abi (Ahamad bin Hanbal)haddatsana Abdul Malik tsana Hisyam ‘an Atha Bin Yasar ‘an Abu Said al-khudri(HR. Ahmad bin Hanbal).
f. Haddatsana Suaid ibnu Sa’id haddatsana Hafsu Ibnu Maisyarah ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an Atha bin Yasar’an abu Said al-khudri(HR Muslim).
2. Syahid
Syahid adalah: hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang secara lafal atau makna sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat lain atau kesesuaian riwayat hadits para perawi dengan perawi hadits fard atau gharib, baik secara lafal dan makna atau maknanya saja serta sumber sahabatnya berbeda.
Jadi peredaan riwayat terjadi pada tingkat sahabat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa, hadits yang doiriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri mempunyai syahid, karena setelah di telusuri ternyata hadits ini juga diriwayatkan oleh dua orang sahabat lainnya, sehinnga dapat dikatakan hadits ini diriwayatkan secara masyhur karena diriwayatkan oleh 3 orang sahabat yaitu: Abu Said al-Khudri, Al-bara’i dan Abu Thalhah.
Sebagaimana yang diketahui bahwa hadits masyhur ialah: hadits yang rentetan rawinya pada satu tingkat terdiri dari tiga orang atau lebih, tetapi masih diketahui jumlahnya dan belum tergolong hadits muttawatir.
B. Penjelasan Kandungan (Syarah) Hadits
Adapun kandungn dari hadits yang penulis teliti yaitu berkaitan dengan larangan oleh rasul saw untuk duduk dipinggir jalan baik yang duduk ditempat khusus, seperti diatas kursi, dibawah pohon dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, terbukti bahwa ketika para sahabat merasa keberatan dan menyatakan keberatan mereka dengan mengemukakan alsannya yaitu hanya itulah tempat mereka mengobrol. Dan Rasulullah pun akhirnya memperbolehkan dengan syarat harus memenuhi hak jalan. Ada pun yang termasuk hak jalan itu yaitu:
a. Menjaga pandangan mata
Menjaga merupakan suatu keharusan bagi setiap umat Islam, hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalm surat An-Nur ayat 30
•
Artinya: katakanlah kepada orang lak-laki yang beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluan , yang demikian itu lebih suci bagi mereka , sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.(QS An-nur ayat 32).
Arti dari menundukkan pandangan adalah: tidak memandag sesuatu dengan mata melotot atau lama. Adapun keuntungan bagi orang-orang yang mampu menundukkan pandangan mata karena takut kepada Allah, maka Allah akan mengganti dengan iman dan akan merasakan nikmat dari iman itu.
Jadi sebagai umat Islam maka patuhilah apa yang diperintah Allah dan rasulnya. Sementara itu dalam sebuah hadits rasullulah bersabda:
قالرسول الله صلى الله عليه وسلم: النظرة سهم مسموم من سهام ابليس لعنه الله فمن تركها خوفا من الله اتاه الله عزوجل ايمانا يجد حلا و ته في قلبه ( رواه الحاكم وصمح اسناده)
Artinya: sesungguhnya pandangan mata itu laksana anak panah beracun dari beberapa anak panah iblis yang telah dikutuk oleh Allah. Barang siapa yang meninggalkan karna takut kepada Allah Azzawajalla memberinya keimanan yang akan dia jumpai atau dia rasakan nikmatnya dalam hatinya.
Maka bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan muhrimnya dengan pandangan syahwat. Begitu pula tidak boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat .
Selain itu penyebab dilarangnya duduk dipinggirjalan karena akan berhadapan dengan bahaya fitnah wanta-wanita muda dan dikhawatirkan akan muncul fitnah setelah melihat mereka, padahal para wanita tidak dilarang melintas di jalan-jalan untuk satu keperluan.
b. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngataiatau membicarakannya. Dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kecil atau benda apasaja yang bisa menyebabkan orang lain lewat sakit atau tersinggung.
c. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkanya sunat. Oleh karena itu jika ada orang yang mengucapkan salam ketika duduk di pinggir jalan atau dimanapun maka wajib hukumnya untuk menjawab salam tersebut.seperti sabda rasulullah:
عن عبد الله بن مسلام: ياايها الناس, افشواالسلام وصلوا الارحام واطعمواالطعام وصلوا بالليلوالناس نيام تدخلواالجنة بسلام (اخرجه الترمدىوصححع)
Artinya: Dari Abdullah bin Salam ia berkata, telah bersabda rasulullah SAW,”hai manusia siarkanlah salam dan hubungan keluarga-keluarga dan berikanlah makan dan shalatlah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk sorga dengan sejahtera(dikeluarkan oleh Tirmidzi dan ia shahihkannya).
Sementara itu Allah juga berfirman dalam surat An-nisa’ ayat 86 yang berbunyi:
• • •
Artinya:
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS.Annisa’ ayat 86)
Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum .
d. Memerintah Kepada Kebaikan dan Melarang Kepada Kemungkaran.
Apabila duduk dijalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasehat dengan cara yang bijak. Jka tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekekliruan dan kecerobohanya.
Banyak nash-nashbaik dari al-qur’an maupun hadits yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dianaranya adalah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104
•
Artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS.Ali Imran ayat 104)
Selain itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakanya. Nabi menawarkan tiga alternatif, sebagaiman yang dinyatakan dalam sabda beliau yang artinya:
“Sa’id al-kudri berkata: saya mendengar rasulullah SAW bersabda,” barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tanganmu, kalau tidak bisa dengan ucapan atu lisan dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. Namun hati iu selemah-lemah iman.(HR. muslim).
Jadi jika tetap ingin duduk di pinggir jalan maka tunaikanlah hak jalan sebagaimana yang telah diterangkan diatas.
C. Penentuan Akhir Kuwalitas Hadits
1). Model Periwayatan Matan Hadits
apabila matan dari berbagai jalur sanad yang ada diperbandingkan satu sama lain, maka diketahui bahwa proses periwayatannya berlangsung secar ma’nawi(riwayat bil makna) yaitu: periwayatan isi dan makna dari matan hadis sesuai yang dimaksud oleh Rasulullah tanpa ada perubahan sedikitpun meskipun rtedaksi matanmnya berbeda-beda.
Berikut ini model periwayatan bil ma’na matan hadits yang penulis teliti:
الترمذى الدرمي احمد بن حنبل ابو داود مسلم البخاري HR
البراء البراء ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري RAWI1
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بناس من الانصار وهم جلوس في الطريق,فقال ان رسول الله صلي الله عليه وسلم مربنا جلوس منالانصار,فقال: ايا كم الجلوس في الطرقات قال يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها ايا كم والجلوس بالطرقات,فقا لو: يارسول الله ما بد لنا من المجا لسنا نتحدث فيها ايا كم والجلوس في الطر ات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها ايا كم والجلوس على الطرقات فقالوا مالنا بدانماهي مجا لسنا نتحدث فيها
V
A
R
I
A
S
I
R
I
W
A
Y
A
T
ان كنتم لا بدفاعلين فردوا السلام واعين المظلوم واهدواالسبيل انكنتم فاعلين فاهدوا السبيل السبيل, وافشوا السلام, واعينوا المظلوم. قال شعبه:لم يسمع هذالحديث ابواحاق من البراء قال فاما اذاابيتم الامجلسن فاعطوا الطريق حقه قال قالوا يارسول الله فم حق الطريق قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان ابيتم فاعطوا الطريق حقه,قالوا:وما حق الطريق يا رسول الله؟قال:غض البصر,وكف الاذى,ورد السلام,والامر بالمعروف, والنهى عن المنكر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فاذا ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر قال فاذاابيتم الاالمجا لس فا عطوا الطريق حقها قالوا وما حق الطريق قال غض البصر وكف الاذىوردالسلام وامر بالمعروف ونهى عن المنكر
Dari keterangan diatas maka dapat dipahami bahwa kandungan makna dari hadits tersebut senada, meskipun ungkapan redaksi dari matan nya berbeda, namun semuanya sama-sama menyatakan bahawa rasulullah menyuruh untuk menghindari duduk dipinggir jalan, tapi sahabat merasa keberatan dan mereka mengemukakan alasannya. Akhirnya nabi membolehkan duduk di pinggir jalan asal bisa menunaikan hak jalan, yaitu:
a). menjaga pandangan mata.
b). tidak menyakiti orang ytang lewat.
c). menjawab salam.
d). memerintah kepada kebaikan.
e). mencegah pada kemungkaran.
2). penisbahannya
hadits yang penulis teliti merupakan Hadits qauwli, hadits qauwli adalah: segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad, baik berupa perkataan, ucapan ataupun sabda yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak .
3). Sampainya kepada nabi muhammad SAW
Hadits yang penulis teliti termasuk hadits marfu’ qauwli hakiki. Hadits marfu’ qawli hakiki itu ialah: hadits berupa sabda (ucapan, perkataan) yang disandarkan kepada nabi dan dengan tegas dinyatakan bahwa beliau bersabda .
4). Kebersambungan sanad
Umumnya dapat dikatakan bersambung, yaitu: musnad dan muttashil. Musnad adalah: hadits yang bersambung sanadnya dari yang memberitakan sampai akhir sanadnya terus sampai kepada nabi. Sedangkan muttashil yaitu: suatu hadits yang bersambung sanadnya, baik hadits itu sampai kepada nabi atau sampai kepada sahabat nabi.
5). Sifat sanad dan cara menyampaikannya
Umumnya diawal sanad bersifat musalsal (dinyatakan sanad atau rawinya dengan sesuatu cara, sifat dan keadaan atau diriwayatkan dengan kata-kata, seperti: haddatsana dan akhbarna), serta dipenghujung sanad menjelang sahabat bersifat mu’an’an (menggunakan lafal ‘an’an) kecuali hadits riwayat muslim yang menggunakan kata qala.
6). Kuantitas(jumlah) periwayatnya
Hadits yang penulis teliti ini termasuk kategori hadits masyhur karena diriwayatkan oleh 3 orang sahabat. Tapi hadits ini tidak begitu populer karena mungkin jarang disampaikan oleh para da’i sehi8ngga jarang didengar dikalangan umat islam.
7). Kuwalitas riwayat dan kehujahannya
Hadits ini termasuk dalam kategori hadits shahih, karena hadits ini terdapat dalam kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim. Sehingga bisa dijadikan hujjah dan bisa kita amalkan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hadits yang penulis teliti maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hadits ini termasuk hadits qauIwli, dan proses periwayatannya berlangsung secara bil makna, selain itu memiliki sanad yang bersambung. Sementara diawal sanadnya bersifat musalsal dan dipenghujung sanadnya menjelang sahabat bersifat mu’an’an. Dilihat dari kualitas riwayat dan kehujannya hadits ini termasuk hadits shahih dan bisa dijadikan hujjah, karena selain terdapat dalam kitab shahih Al-Bukhari dan Muslim, Kandungan yang terdapat dalam matan hadits ini tidak bertentangan dengan Al-quran.
Sementara, dilihat dari kandungan matanya, hadits ini memang tidak begitu populer dikalangan umat Islam namun hadits ini perlu untuk diketahui dan diamalkan, sebab hadits ini berisi hal-hal yang bersifat larangan untukl duduk dipinggir jalan, namun jika bisa memenuhi hak jalan maka diperbolehkan.
Adapun yang termasuk dalam hak jalan itu ialah:
a). menjaga pandangan mata.
b). tidak menyakiti orang ytang lewat.
c). menjawab salam.
d). memerintah kepada kebaikan.
e). mencegah pada kemungkaran.
2. saran
melihat dari temuan ini, maka penulis mendapatkan suatu pengetahuan baru mengenai penelitian hadits, sehinnga bisa di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan juga penulis berharab agar para pembaca bisa lebih termotivasi lagi dalam mengkaji suatu hadits sehngga bisa mengetahui minimal mengenai riwayat hadits dan status dari hadits yang diucapkan apakah termasuk kategori shahih, hasan atau dha’if serta apakah terdapat dalam kitab hadits atau tidak.
Selain itu penulis juga menerima saran-saran ayng bersifat membangun dari para pembaca semua terhadap pembuatan tugas makalah tentang takhrijul hadits ini.