Sahyul Blog

Rabu, 18 Desember 2019

Lebih Baik Pergi, Tak Ada Pun yang Menangisi

Lebih baik
Menyusuri jejak-jejak sepi
Setelah hati
Hanya dinilai tak berarti

Lebih baik
Melangkah melalui sunyi
Setelah perasaan
Hanya dilihat khayalan tak berkasih

Lebih baik
Menyusuri hari-hari perih
Setelah jiwa
Tak bisa mencintai lagi

Lebih baik pergi
Tak ada pun yang menangisi

*****
Makassar. 19 Desember 2019

Senin, 16 Desember 2019

Naskah Pak Yusuf 7

KEBAIKAN

Dalam salah satu susunan redaksi Alquran, Allah mendahulukan "kebaikan" daripada "ketakwaan" tatkala memerintahkan untuk tolong menolong. Allah SWT. berfirman:

ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/oermusuhan....". [al-Mâidah/5 : 2]

Semua orang ingin menjadi baik dan berharap berbuah kebaikan. Karena itu, dalam pesan leluhur orang Bugis: "sappai decengnge, pogaui decengnge, pakkawarui decengnge, majeppu deceng tu polena". Kira-kira maknanya begini: "carilah kebaikan, kerjakanlah kebaikan, fokuslah pada kebaikan. Maka, sesungguhnya kebaikan pulalah hasilnya".

Balasan kebaikan itu tidak pernah tertukar dengan kejahatan. Jika Anda berbuat baik hari ini, lalu terasa tiba-tiba mendapatkan perlakuan jahat dari orang lain. Percayalah, itu bukan balasannya. Ada banyak kemungkinan. Mungkin ada kejahatan lain yang Allah ingatkan, Anda sudah lupa sedang Allah tidak lupa. Dan, Allah hendak menambah dan menyempurnakan kebaikanmu dengan mengingatkan kesalahanmu yang lalu agar Anda bertobat lalu memperbaiki diri sehingga Anda semakin baik dan bertambah sempurna dalam kebaikan.

Kebaikanmu tidak selalu dibalas dengan kebaikan serupa, seoerti yang Anda yang inginkan, pada waktu yang Anda harapkan, atau dari orang tertentu yang Anda pernah beri kebaikan. Tidak begitu! Allah menatap setiap kebaikan yang Anda niatkan dan kerjakan, itu sudah terekam dalam catatan yang rapih, akurat, dan bebas virus. Kebaikanmu pasti dibalas, bahkan lebih baik daripada kebaikanmu itu, pada waktu yang tepat, dan dari orang baik yang Allah pilih untuk Anda.

Tak perlu bersedih apabila Anda berbuat baik lalu diuji sejenak dengan hal yang tidak menyenangkan. Ujian adakalanya berupa nikmat untuk mengevaluasi tingkat kualitas syukurmu. Atau menguji dengan musibah untuk mengukur kualitas sabarmu. Syukur dan sabar adalah indikator tingkat penghambaan dan kepasrahan hambaNya. Justru, yang perlu diwaspadai adalah, jika Anda terus mendapatkan nikmat Allah, nikmat makin bertambah dalam hidup ini, sedangkan maksiat dan dosa makin menjadi-jadi. Waspailah istidraj.

Jika Anda orang beriman dan percaya adanya hari pembalasan, maka kebaikanmu bukan hanya dibalas dengan kebaikan yang setimpal. Bahkan dilipatgandakan. Saat itulah Anda berandai-andai, " kalau aku tahu hal ini dahulu (di dunia), aku pasti mohon agar kebaikanku hanyalah dibalas di akhirat. Ternyata, balasan yang paling sempurna hanya dari Allah di akhirat. Balasan dari Allah paling nikmat, dilipatgandakan pula.

Anda akan berkata: "Andai kutau, maka aku tak pernah terganggu berharap balasan dari makhluk di dunia (dahulu). Aku fokus saja berniat baik, berbuat baik, dan berprasangka baik saja, sampai seluruh waktuku penuh dengan kebaikan. Ternyata, Aku juga tertipu oleh dunia. Kusangka kebaikan yang kuterima itu karena balasan atas kebaikan yang aku lakukan". Tapi....

Ternyata, Itu rahmat Allah sekaligus ujian dari Nya. Padahal, yaumul jaza' yaitu hari pembalasan belum tiba, hari pembalasan yang sempurna belum tiba, riwayat hidupku masih berproses. Entah husnul khatimah atau su'ul khotimah. Yang pasti semua orang (saya, anda, dia, mereka, dan kita, manusia pelaku kejahatan pun, apalagi pelaku kebaikan) semua berharap husnul khatimah. Kita berikhtiar untuk segala sesuatu mengawalinya dengan baik, menjalani dengan baik, semoga berakhir oula dengan baik serta dicatat sebagai kebaikan

---------

KEBAIKAN

Dalam salah satu susunan redaksi Alquran, Allah mendahulukan "kebaikan" daripada "ketakwaan" tatkala memerintahkan untuk tolong menolong. Allah SWT. berfirman:

ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran/oermusuhan....". [al-Mâidah/5 : 2]

Semua orang ingin menjadi baik dan berharap berbuah kebaikan. Karena itu, dalam pesan leluhur orang Bugis: "sappai decengnge, pogaui decengnge, pakkawarui decengnge, majeppu deceng tu polena". Kira-kira maknanya begini: "carilah kebaikan, kerjakanlah kebaikan, fokuslah pada kebaikan. Maka, sesungguhnya kebaikan pulalah hasilnya".

Balasan kebaikan itu tidak pernah tertukar dengan kejahatan. Jika Anda berbuat baik hari ini, lalu terasa tiba-tiba mendapatkan perlakuan jahat dari orang lain. Percayalah, itu bukan balasannya. Ada banyak kemungkinan. Mungkin ada kejahatan lain yang Allah ingatkan, Anda sudah lupa sedang Allah tidak lupa. Dan, Allah hendak menambah dan menyempurnakan kebaikanmu dengan mengingatkan kesalahanmu yang lalu agar Anda bertobat lalu memperbaiki diri sehingga Anda semakin baik dan bertambah sempurna dalam kebaikan.

Kebaikanmu tidak selalu dibalas dengan kebaikan serupa, seoerti yang Anda yang inginkan, pada waktu yang Anda harapkan, atau dari orang tertentu yang Anda pernah beri kebaikan. Tidak begitu! Allah menatap setiap kebaikan yang Anda niatkan dan kerjakan, itu sudah terekam dalam catatan yang rapih, akurat, dan bebas virus. Kebaikanmu pasti dibalas, bahkan lebih baik daripada kebaikanmu itu, pada waktu yang tepat, dan dari orang baik yang Allah pilih untuk Anda.

Tak perlu bersedih apabila Anda berbuat baik lalu diuji sejenak dengan hal yang tidak menyenangkan. Ujian adakalanya berupa nikmat untuk mengevaluasi tingkat kualitas syukurmu. Atau menguji dengan musibah untuk mengukur kualitas sabarmu. Syukur dan sabar adalah indikator tingkat penghambaan dan kepasrahan hambaNya. Justru, yang perlu diwaspadai adalah, jika Anda terus mendapatkan nikmat Allah, nikmat makin bertambah dalam hidup ini, sedangkan maksiat dan dosa makin menjadi-jadi. Waspailah istidraj.

Jika Anda orang beriman dan percaya adanya hari pembalasan, maka kebaikanmu bukan hanya dibalas dengan kebaikan yang setimpal. Bahkan dilipatgandakan. Saat itulah Anda berandai-andai, " kalau aku tahu hal ini dahulu (di dunia), aku pasti mohon agar kebaikanku hanyalah dibalas di akhirat. Ternyata, balasan yang paling sempurna hanya dari Allah di akhirat. Balasan dari Allah paling nikmat, dilipatgandakan pula.

Anda akan berkata: "Andai kutau, maka aku tak pernah terganggu berharap balasan dari makhluk di dunia (dahulu). Aku fokus saja berniat baik, berbuat baik, dan berprasangka baik saja, sampai seluruh waktuku penuh dengan kebaikan. Ternyata, Aku juga tertipu oleh dunia. Kusangka kebaikan yang kuterima itu karena balasan atas kebaikan yang aku lakukan". Tapi....

Ternyata, Itu rahmat Allah sekaligus ujian dari Nya. Padahal, yaumul jaza' yaitu hari pembalasan belum tiba, hari pembalasan yang sempurna belum tiba, riwayat hidupku masih berproses. Entah husnul khatimah atau su'ul khotimah. Yang pasti semua orang (saya, anda, dia, mereka, dan kita, manusia pelaku kejahatan pun, apalagi pelaku kebaikan) semua berharap husnul khatimah. Kita berikhtiar untuk segala sesuatu mengawalinya dengan baik, menjalani dengan baik, semoga berakhir oula dengan baik serta dicatat sebagai kebaikan

---------

KEJUJURAN

Kejujuran merupakan kebutuhan semua manusia. Itu sebabnya, pembohong atau penipu apabila dibohongi atau ditipu dan mengetahui dirinya dibohongi dan ditipu, pasti juga mengkomplain bahkan marah, karena kebutuhannya dinafikan. Apalagi, orang jujur dibohoongi dan ditipu, maka tentu sangat merasakan dampak buruknya. Meski semua orang senang diperlakukan dengan jujur, namun tidak selalu mudah merawat kejujuran. Begitu pula kebohongan, kadang perlu skill tingkat tinggi. Repotnya, kejujuran tanpa skill seringkali dinilai keluguan, kebodohan, kaku, kurang pengalaman dll. Namun, bagaimana pun tetaplah berusaha selalu jujur agar lebih dekat dengan hidup yang berkah.

Saya mengutip pernyataan salah seorang kyai di tanah air ini "kejujuran itu berkah, kebohongan itu musibah". Kalimat ini saya maknai antara lain, bahwa salah satu syarat yang mesti terpenuhi untuk menghadirkan berkah adalah "kejujuran". Sedangkan mencegah musibah dengan menghindari kebohongan. Seringkali terdengar ketika terjadi gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran, kematian, kehilangan harta benda itu kemudian disebut sebagai musibah. Tapi, hilangnya kejujuran jarang terdengar disebut musibah. Karena, sebagian orang yang berbohong menyebutnya sebagai "strategi".

Beberapa sumber nilai selalu mengajarkan kejujuran, baik budaya maupun agama. Dari segi budaya misalnya, pepatah leluhur orang Bugis mengatakan: "Dua kuala sappo: belona kanukue, unganna panasae". Kira-kira maknanya demikian: "dua (nilai) yang kujadikan pagar/prisai: hiasan kuku dan buah bunga nangka. Pertama, hiasan kuku (pacci) atau paccing yang bermakna kesucian, ketulusan. Kedua, Nangka (disebut juga lempu) sebagai simbol lempu' yang berarti jujur atau kejujuran.

Islam - tentu juga agama selainnya - sangat menekankan kejujuran dan melarang keras kebohongan. Banyak ayat Alquran dan hadis Rasulullah SAW yang menegaskan hal tersebut.Salah satu diantaranya adalah QS at-Taubah ayat 119, yang artinya, "Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)." Ayat ini menegaskan bahwa ketakwaan dan kejujuran itu saling berkaitan.

Jujur itu sifat rasul. Seperti diketahui, ada empat sifat utama yang wajib dimiliki oleh para rasul. Salah satu diantaranya adalah shiddiq (benar atau jujur). Lawannya adalah dusta.
“Dusta itu bukan sifat orang yang baik/takwa, mekainkan sifat orang yang jahat. Karena itu, orang tua, pendidik, dan pemimpin harus jujur. Hal itu sangat penting untuk melahirkan generasi mendatang yang lebih baik, dan pemimpin umat yang jujur dan amanah,”

Salah satu hadis Rasulullah yang menekankan pentingnya kejujuran dan mengingatkan bahaya kebohongan. “Berlaku jujurlah, sesunguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Dan, seseorang yang senantiasa berlaku jujur akan tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Jauhilah dusta. Sesungguhnya dusta akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka. Seseorang yang sering berdusta akan tercatat disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR Muslim).

Dari hadis ini, jelaslah bahwa sumber kebaikan itu adalah kejujuran. “Kejujuran akan mengantarkan seseorang masuk surga di akhirat kelak. Salah satu pintu surga adalah Pintu Kejujuran. “Hendaklah kalian menjadi orang yang jujur (shiddiq). Sebab, Shiddiq merupakan salah satu pintu di surga. Hendaklah kalian menjauhi dusta, sebab dusta merupakan salah satu pintu di neraka,” Demikian salah satu hadis Rasulullah SAW.

Jujur itu mahal, bahkan tidak dapat ditakar. Jujur itu indah. Jujur itu tinggi. Jujur itu mulia,” sedangkan dusta merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Karena itu, harus kita jauhi sejauh-jauhnya,”. Kemunafikan itu juga masuk melalui melalui lorong kedustaaan. Dusta itu sumber kemunafikan. “Rasulullah SAW menegaskan, ada tiga tanda orang munafik. Salah satunya adalah kalau berbicara, dia berdusta,”. Perlu diwaspadai setiap kebohongan, baik kebohongan dalam skala kecil apalagi kebohongan yang sistemik.kebohongan yang sistemik dosanya juga berdampak sistemik.

---------


Naskah Pak Yusuf 5

Ketergantungan kepada Allah adalah hakikat hamba. Sedangkan munculnya sebab-sebab ketergantungan adalah pengingat akan hakikat dirinya yang ia lupakan itu.

Esensi "Allah al-Shamad" (Qs. al-Ikhlash : 2) adalah menjadikan Rabb satu-satu-Nya tempat begantung, dan tidak ada selain-Nya. Banyak manusia yang lupa atau tidak tahu akan hakikat dirinya, terutama ketika ia sedang diberi nikmat kesehatan dan kekayaan. Bahkan tidak hanya lupa akan hakikat diri mereka, melainkan juga melupakan Tuhannya.

Allah menurunkan kepadanya "sebab-sebab ketergantungan kepada-Nya" agar mereka kembali sadar dan ingat. Sebab-sebab ketergantungan kepada Allah itu bisa berupa penyakit, khawatir, rasa lapar, haus, kegagalan, dsb. Saat sakit, tak jarang kita menyaksikan mushaf Alquran diletakkan di dekatnya atau dibaca, tasbih di tangannya, Saat khawatir ia terus bergantung mengaharap perlindungan dari Allah. Seperti itu pula saat kekurangan (miskin) ia lebih banyak menyadari kelemahannya dan menjadi tawaduk. Saat menerima sebab-sebab ketergantungan itu, berarti Allah sedang mengirim suatu peringatan untuk mendekat dan bergantung kepada-Nya.

----------

Salah satu ciri orang beriman adalah bersikap optimis. Optimisme adalah salah satu makna syahadat (yang menandai seseorang secara formal masuk Islam). Oleh karena itu, optimisme adalah sebuah keniscayan bagi yang menghayati makna syahadat. Kualitas iman seseorang berbanding lurus dengan tingginya optimisme mengharap rahmat Allah.

Orang yang bersikap optimis meyakini rahmat Allah dan sistem Allah (sunnatullah). Optimisme, selain menjadi a road to success, juga memberikan sistem kerja tubuh yang memberikan imunitas untuk menghadapi berbagai keteraumaan masa lalu. Tubuh akan bekerja menghasilkan energi positif dan meningkatkan kesehatan tubuh.

Hidup optimis adalah menatap masa depan dengan baik sangka. Sekali-sekali menoleh ke belakang untuk belajar dari sejarah dalam rangka menentukan langkah yang lebih baik dan menghindari penyebab-penyebab kegagalan. Mendalami makna kesuksesan yg lebih hakiki.

Menoleh ke sejarah bukan berarti melakukan langkah mundur, melainkan memastikan langkah yang tidak keliru menjadi pilihan agar tdk jatuh jurang kegagalan yg sama. Larangan bersikap pesimis sesungguhnya juga larangan dalam Islam "janganlah berputus asa (bersikap pesimis) dari rahmat Allah, tiadalah berputus asa (dari rahmat Allah) kecuali orang-orangb yang zalim".

-------

Keinginanmu terhadap kekalnya sesuatu selain Allah mmenjadi bukti bahwa kau belum bertemu dengan-Nya. Kerisauanmu lantaran kehilangan sesuatu selain Allah menjadi bukti bahwa kau belum sampai kepada-Nya. (Kurang lebih demikian salah satu kalimat hikmah Ibnu Atha'illah dalam ah-Hikam).

Tidak ingin kehilangan sesuatu yg disenangi adalah keadaan batin yg lumrah dan manusiawi. Akan tetapi, kadang justru dengan hilangnya sesuatu itu karena Allah hendak menghilangkan beban dan rintangan yang menghalangi untuk sampai kepada-Nya. Hilangnya sesuatu kadang menjadi cara Allah memberitahukan bahwa kita tidak memiliki dan menguasainya. "La haula wa la quwwata iila billah" adalah kalimat yang menghimpun makna tersebut sekaligus menegaskan bahwa kekuatan dan kemilikan kita. Itu hanyalah titipan dari-Nya dan suatu saat akan diambil oleh Pemiliknya.

Rasa kepemilikan yang berlebihan mengakibatkan nafsu ingin menguasainya. Segala sesuatu yang kita anggap milik dan dalam penguasaan kita sesungguhnya bukanlah milik kita. Manusia terkadang sulit memberi sesuatu kepada yang lain karena mereka merasa memilki dan menguasai, namun saat kita sadar, apapun yg kita miliki itu seluruhnya berasal dari pemberian. Jangankan segala sesuatu itu, diri kita pun total dalam kuasa dan genggaman-Nya. "Inna lillah wa inna ilaihii rajiuun" adalah kalimat yang menghimpun makna tersebut.

--------

Cara Mensucikan jiwa yang efektif adalah memberi pertolongan kepada orang-orang yang tak berdaya (lemah), yang tidak mampu membalas pertolongan kita. Hal itu bertujuan agar balasan yang sesungguhnya hanya diharapkan datangnya dari Rabb (Allah) yang mencipta dan memelihara. Saat memberi pertolongan kepada orang yang lemah, saat itu mengajarkan ketulusan. Berbeda halnya ketika memberi kepada orang berpunya, terbetik harapan yang lebih besar agar ia memberikan yang lebih baik atau minimal setimpal.

Mengharapkan balasan kepada selain Allah adalah bukti ketidaktulusan ubudiyah. Mengapa Allah tidak segera memberikan balasan di dunia tatkala membantu yang lemah dan tak berdaya? Boleh jadi, itu karena balasan rahmat dan kebaikan yang akan diberikan, dunia tidak mampu menampungnya karena ketulusan pelakunya. Atau, karena dunia bukan tempat yang tepat untuk menerima besarnya balasan, sebab dunia bersifat sementara, sedangkan Allah menghendaki balasan kebaikan yang kekal (lama).

--------

Tawakkal dengan "zero"

Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW., beliau bersabda, "akan masuk surga orang-orang yg hatinya seperti hati burung" (HR. Muslim, No. Hadis 2840)

Sebagian ahli hadis mengatakan "berhati burung" adalah orang-orang bertawakal. Sebab burung tidak mempunyai investasi bahan makanan, ia hanya bermodal tawakkal keluar dari tempat bertenggernya di pagi hari dalam keadaaan perutnya kosong untuk menjemput rezekinya. Pulang di sore hari dlm keadaan kenyang. Ada yg memaknai bahwa "berhati burung" adalah orang hatinya lembut.

Hal tersebut menunjukkan bahwa tanda penghuni syurga, yaitu berhati penuh tawakkal dan berhati lembut berbingkai kasih sayang.

--------

Fokus pada hati (batin) amal (lahir)

Dari Abi Hurairah r.a. Dia mengatakan bhw Rasulullah SAW bersabda, "sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian, tetapi Allah hati dan amal kalian".(HR. Muslim).

Allah menilai hati dan amal, karena hati merupakan tempat terbitnya cahaya Iman dan takwa. Sedangkan iman dan takwa penentu kemuliaan seseorang. Dari hatilah lahir amal saleh yg berawal dari niat yg lurus. Sedangkan Fisik dan rupa adalah bentukan Allah, sehingga manusia tdk dibebani tanggung jawab mengubahnya, bahkan dilarang mengubahnya secara tdk wajar kecuali memeliharanya secara wajar saja.

Setiap orang, apapun keadaannya jika masih berfungsi akalnya maka tidak ada alasan tidak bersyukur. Jika fisik dan rupa sempurna maka bersyukurlah. Jika tdk, bersyukurlah masih dianugerahi hati yg beriman dan bertakwa. Dan hal itu sdh cukup menjadikan mulia di sisi Allah di dunia dan di akhirat. Lebih berbahagia dan bersyukur apabila dianugerahi fisik dan rupa yg sempurna serta hati dan amal yg baik.

--------

Hamba Allah yg dikasihi-Nya ia beriman dgn totalitas lahir batin. Dengan imannya, ia mampu melihat lembutnya takdir. Ketika ia diuji apapun bentuknya ia mampu merasakan sapaan kasih Tuhannya padanya. Maka, ia mendekat pada-Nya.

------





Naskah Pak Yusuf 4

Seorang tukang becak yg kesehariannya mangkal di ujung sebuah lorong. Saat ngantuk di waktu siang, ia naik dan berbaring setengah melengkung di atas becaknya. Malam hari adakalanya tidur disamping becaknya di atas sebuah meja. Ia tidur dgn nyenyak, hingga azan subuh dikumandangkan, ia segera bangun menuju tempat wudhu masjid lalu ikut salat berjamaah bersama jamaah yg lain. Ia benar-benar hidup dgn merasa aman dari incaran perampok meski keadaan yg demikian itu.

Sedang di tempat terpisah seorang yg kaya dgn mobil mewah bercerita dia merasa benar-benar merasa tdk aman dalam perjalanan atau saat di rumah, karena selalu jadi incaran penjahat. Bahkan, sering mendapatkan telepon gelap dan teror. Ia bersama keluarganya benar-benar merasa tdk nyaman dan tdk aman. Ia pun menceritakan bhw dirinya selalu was-was setiap hari ketika anak-anaknya ke sekolah karena khawatir disandera oleh org tak dikenal, lalu meminta tebusan atau anaknya terancam.

Dua fakta sosial seperti itu mengajarkan kepada kita bahwa terkadang Allah tdk memberi kekayaan tetapi Dia memberi nikmat "rasa aman". Sebaliknya, Allah mencabut rasa aman itu sebagai peringatan bahwa harta kekayaan yg salah urus bisa menjadi beban bg pemiliknya.

Kita mohon pada Tuhan yg memberi rasa aman dan memberi rezeki agar rezeki yg ada tdk menjadi bencana, semoga kita dianugerahi rezeki yg berkah yg menghadirkan
rasa aman. Zakat adalah ibadah yg menjadi sebab rasa aman bagi muzakkinya.

---------

Ketika menyimak biografi Para ilmuwan muslim (ulama) dari kalangan generasi awal, ternyata perjalanan intelektual mereka sungguh sebuah perjalanan jihad.

Mereka berguru pada sejumlah ulama yg ahli pada bidangnya masing-masing. Mereka berguru langsung, menyelesaikan beberapa kitab dari halaman sampul depan hingga halamana sampul belakang, menghafal, memahami dan terus pindah pada kitab berikutnya.

Setelah memahami pikiran ulama/ gurunya dan memahami kitab-kitab mereka,mereka kemudian mendapatkan pengakuan, lalu diijazahkan untuk berfatwa dan mengajarkan ilmu mereka berikut kitabnya.

Mereka melanjutkan lawatan ilmiah mencari guru berikutnya dan menyelami kitab kitabnya. Begitu seterusnya, hingga diijaazahkan dan berhak berfatwa dan mengajarkannya.

Mereka menuntut ilmu tdk meninggalkan gaji pokok, dan tdk mendapatkan beasiswa. Bahkan, Ada yg menjual rumahnya dan aset lainnya untuk biaya perjalanan dan bekal menuntut ilmu - bukan ber sekolah untuk membeli rumah - Mereka kembali membawa sejumlah kitab dan secarik kertas ijazah pengakuan gurunya untuk mengajarkan ilmu dan berfatwa.

Mereka mengajar dan menulis serta melahirkan beberapa murid dan karya-karya monumental yg menembus zaman hingga hitungan abad lamanya.

Sungguh Tinta pena mereka betapa mulia melebihi tetesan darah para syuhada'.

Beberapa diantara mereka dipaksa oleh penguasa agar mereka mau memegang jabatan, bahkan diancam namun mereka menolak selama mereka kuat untuk menolaknya.

Pertimbangan mereka adalah agar mereka dapat fokus mengajarkan ilmu dan berkarya. Disamping karena mereka paham bahwa jabatan adalah amanah yg amat berat untuk dipertanggungjawaban di hadapan Rabbnya. Menerimanya jika sudah dipertimbangkan seraya beristikharah memohon kebaikannya dan kemaslahatannya.

(Sebuah Renungan Pembanding u/saat ini)

---------

Jika belajar adalah jihad ...,,
Jika menuntut ilmu adalah ibadah...
Jika menuntut ilmu adalah perintah Allah...
Jika menuntut ilmu meninggikan derajat...

Maka:

Ijazah bukan tanda untuk mengakhiri proses pembelajaran...

--------

Bila takbir, rukuk, sujud, dan duduk hanya untuk menggugurkan kewajiban, maka kebesaran/arogansi dan egoisme tetap menjadi karakter pelakunya.

Bila takbir, rukuk, sujud, dan duduk adalah pengakuan seorang hamba yang salat terhadap kebesaran Rabbnya dan kefanaan dirinya, maka salat akan menghadirkan rasa penghambaan yg hakiki dan instrumen mencegah segala fahsya' dan munkar.

Takbir menghilangkan takabbur, rukuk sbg ekspresi penghormatan, sujud sebagai manifestasi penghambaan, dan duduk menandakan penuh pengharapan, maka Allah mendidik dan menuntun ke jalan-Nya.

--------

"Tiada amal yg lebih berpeluang diterima daripada amal yg tdk kau sadari dan sepele di matamu" (syarh Al Hikam).

Amal besar yg pelakunya berbangga diri atas amal itu bisa kecil nilainya, bahkan tak bernilai di sisi-Nya. Sebaliknya, amal kecil dan sepele yg telah dilupakan oleh pelakunya bahkan tak pernah disebut, bisa jadi nilainya besar di sisi-Nya.

Allah di dalam Qs al-Ikhlas mengajarkan "Allah adalah tempat bergantung/berharap". Manusia tdk bergantung pada amalnya. Amal tdk lain adalah bentuk pembuktian ketaatan seorang hamba kepada Rabbnya.

Tugas hamba-Nya adalah beramal karena-Nya dan bergantung/berharap hanya pada-Nya.

--------

Tidak perlu terlalu takut untuk mencoba sesuatu hal yg baik lantaran takut terjatuh. Boleh jadi orang yg pernah terjatuh lebih kuat daripada org yg tdk pernah jatuh. Bukankah kita dahulu awal belajar berjalan selalu terjatuh lalu berpindah tempat dan kini menjadi kuat?

--------

Manusia "diadu domba" itu pasti perilaku yg tdk manusiawi. Manusia yg bermartabat tdk akan mgk mengadu domba manusia dan tidak akan mau diadu seperti domba. Manusia bukan sejenis binatang yang bernama "domba".

------

Merasakan lembutnya sentuhan takdir di setiap syukur. Merasakan kestabilan jiwa di setiap zikir. Memetik berkah di setiap manfaat yg disebar.

------

Demokrasi adalah pisau, jangan salah menggunakannya,nanti penggunanya sendiri yg teriris. Pelajari cara penggunaannya, agar benar-benar jadi alat, bukan memperalat.

-------

Berdakwah tdk selalu bermakna mengajak kepada satu paham dan satu mazhab. Dai boleh-boleh saja meyakini dirinya benar, tetapi tdk boleh mengklaim dirinya yg paling benar diantara semua paham dan mazhab yg ada, apalagi menuduh yg lain yg sesat. Sebab, ia sendiri tdk mampu menjamin dirinya sebagai org yg paling selamat dan paling saleh di hadapan Tuhan, bahkan ia masih diadili/dihisab pada hari perhitungan (yaumul hisab). Surga ciptaan Tuhan 'terlalu luas' untuk dimonopoli oleh satu mazhab saja. Surga pun mempunyai banyak tingkatan dan beberapa pintu.

-------

Ketika seseorang melihat perpaduan warna pelangi yg indah, ia mendatangi tempat berdirinya pelangi. Ia terus berjalan menuju tempat pelangi, tetapi ia tak pernah menjangkau hakikat pelangi itu.

Saking indahnya pelangi itu, anak-anak TK diajari menggambar pelangi dengan perpaduan warnanya yg indah. Gambar itu, lagi lagi bukanlah hakikat pelangi, ia tdk lebih dari kreasi imajinasi tentang pelangi.

Karena tak dapat dicapai hakikatnya dengan gambar, maka anak-anak TK diajak menikmati indahnya pelangi dengan menyanyikan bersama. "Pelangi-pelangi alangkah indahnya. Merah, kuning, hijau di langit yg biru...,
Pelangi-pelangi Ciptaan Tuhan".

Ternyata, indahnya perpaduan warna pelangi itu baru ditemukan pada ujung lagu itu "Ciptaan Tuhan". Yakni, ketika menghubungkan antara pelangi dan Penciptanya.

Nah, Kalau pelangi itu dianalogikan dengan dunia, maka dunia itu terlihat indah pernak perniknya. Ketika manusia mengejarnya maka laksana memburu pelangi, ia tidak bisa mencapai hakikatnya. Hakikat itu akan dicapai ketika diformulasikan dalam kalimat zikir dalam lisan, hati, dan prilaku/amal saleh. Makna itu akan tersimpul dalam kalimat "Rabbanaa Maa Khalaqta hadzaa baatilan" Ya Allah, tdk yg Engkau ciptakan sesuatu pun yg sia-sia tanpa makna. Allah Akbar....

Pemburu dunia selamanya tdk akan pernah sampai pada hakikat, karena segala sesuatu itu hanyalah simbol yg memiliki makna, yakni ayat Tuhan yg terhampar. Maka, "bacalah dgn (menghubungkan) nama Tuhanmu yg telah menciptakan" (Q.S. AL-'Alaq: 1) Wallahu a'lam.

---------

BAGIAN PERTAMA

Kesuksesan, keadaan diri, dan kebaikan yg dihujani pujian seringkali melalaikan. Bahkan, pujian dapat "memaksa" seseorang memulai kepalsuan untuk memperoleh pujian-pujian berikutnya. Sebaliknya, Kritikan yg proporsional dapat membangunkan untuk bertindak lebih tepat.

Maka, berhati-hatilah jika menerima pujian, dan bersikap tenanglah terhadap kritikan. Sebab, acapkali pujian -apalagi sekedar basa-basi- lebih berbahaya daripada kritikan yg tulus dan proporsional.

Agama mengajarkan, apabila mendapat pujian dari manusia, maka kita merespon dengan segera memuji Allah. "Sesungguhnya segala pujian itu milik Allah". Alhamdulillah, jika kita melakukan hal-hal yg terpuji, maka itu tuntunan-Nya, karena itu, Dia lebih patut mendapatkan segala pujian. Alhamdulillah...,

Agama juga melarang dan mencegah manusia melakukan suatu kebaikan untuk menjadikan pujian manusia sebagai tujuannya. Kalaupun manusia menyanjung dan memujinya, itu tetap Responnya "alhamdulillah" sehingga pujiannya itu tdk melalaikan.

--------

BAGIAN KEDUA

Pada prinsipnya, setiap manusia secara normal, senang menerima pujian dan tidak rela menerima celaan/makian. Dan, Salah satu tanda kemurahan hati seseorang terlihat antara lain senang memuji secara wajar.

Jika seseorang tidak senang memberi pujian kepada orang tertentu karena alasan tertentu, maka tetap ia dianjurkan menahan diri untuk tdk melontarkan celaan terlebih di depan khalayak.

Maka, salah satu tuntunan agama yaitu, "setiap tempat ada perkataan yg tepat, dan setiap perkataan ada tempatnya (yg tepat)". Boleh jadi, pernyataan seseorang benar adanya, tetapi disampaikan pada konteks yg tdk tepat sehingga tertolak.

Alquran menganjurkan untuk menyampaikan kebenaran dgn cara yg ma'ruf, yaitu penuh kearifan dlm menyampaikan kebaikan dan kebenaran dgn memperhatikan konteks penyampaiannya.

Singkatnya, memuji kebaikan orang lain adalah sikap yg manusiawi selama diberikan secara wajar. Dan, bagi pihak yg menerima pujian sepatutnya segera menyampaikan pujian itu kepada Allah, "segala puji milik Allah". Itulah sikap orang yg bersyukur tatkala menerima pujian dari manusia.

--------

WAKTU KITA ADALAH SEKARANG

Kita kadang menyita energi karena memikirkan "masa lalu" dan "masa depan". Padahal, masa lalu telah tiada dan hanya menyisakan kenangan yg semestinya menghadirkan kearifan hidup untuk hari ini.

Sementara masa depan, masa penuh misteri dan ketidakpastian, hanya Tuhan yg tau pasti. Kita kadang tdk menikmati hidup hari ini karena mengkhawatirkan masa depan termasuk masa depan anak-anak. Seolah kita ingin hidup dimasa itu selamanya.

Karena itu, berdamailah dengan masa lalu,lepaskan ia dgn tulus dan terima pelajaran yg pernah ada bersamanya. Tak perlu berlebihan mengkhawatirkan masa depan. Hiduplah hari ini dan ikhlaskan jiwa untuk merencanakan dan mengerjakan yg menjadi tugas-tugas kita secara wajar. Insya Allah hidup ini bukanlah beban, melainkan kesempatan melakukan yg terbaik secara wajar.

--------

Manusia, semuanya tinggal di atas hamparan tanah dan beratapkan langit. Lalu, karena mereka makhluk berbudaya, mereka membuat "tempat-tempat kecil" (rumah-rumah) untuk berteduh dari sengatan matahari di siang hari dan berlindung dari hujan atau dari dingin yg mencekam di malam hari.

Di dalam ruang kecil (rumah) itulah mereka hidup berkelompok dan membina rumah tangga. Namun, tidak kurang yg tertipu saat melihat dirinya lebih besar/tinggi krn memiliki tempat tinggal yg mewah (rumah besar). Padahal, awalnya manusia semua sama-sama hidup di atas hamparan tanah dan di bawah langit.

Dari ruang-ruang kecil (rumah) mereka dianjurkan untuk saling mengunjungi dan bersilaturrahim. Ketika mereka sudah tdk sanggup bersilaturahim "dari Door to Door" maka berbagai cara yg dilakukan; berupa reuni (kembali merajut tali kasih). Bahkan, perjanjian antara keluarga memilih suatu titik di alam ini (di luar rumah) untuk kembali merajut tali kasih diantara mereka.

Maka, rumah bersama yg sesungguhnya adalah alam raya yg beratapkan langit. krn rumah-rumah yg dibuat manusia adalah tempat-tempat yg membuat perbedaan di antara mereka. Mereka kadang saling mengukur perbedaan nilai/status sosial berdasarkan kadar ruang-ruang kecil (rumah) yg mereka buat sendiri.

Di sisi Allah, derajat kemuliaan diukur berdasarkan kualitas dan derajat ketakwaannya di titik/di posisi manapun di bumi ini dan di bawah langit manapun mereka berada. Wallahu a'lam...

--------

Ketika Dia (Allah) memberimu, Dia mempersaksikan kebaikan-Nya. Ketika Dia tidak memberimu, Dia memperlihatkan kuasa-Nya.

Pada semua itu, Dia memperkenalkan diri padamu dan mendatangimu lewat kelembutan-Nya. (Ibnu Atha'illah)

Jika engkau berdoa memohon sesuatu, lalu engkau mendapakannya, maka Allah memberimu makrifat bahwa Dia Maha Baik.

Jika engkau memohon kepada-Nya, lalu tak kunjung terwujud, maka Dia hadir menyapamu dengan kelembutan-Nya memberimu makrifat bahwa Dia maha Kuasa.

Bukalah pandangan mata batinmu, niscaya engkau menyaksikan kehadiran-Nya dalam setiap untaian doamu. Wallahu a'lam.

--------

Ketika penyakit "Cinta Dunia" tengah melanda seseorang, maka standar "kepatutan" (asitinajang) tidak menjadi pertimbangan.

Petuah leluhur Bugis mengatakan: "Alai cedde'e risesena engkai mappedeceng. Nenniya sampeangngi Maegae risesena engkai makkasolang".

Inilah prinsip/asas "maslahat" dan "mafsadat" dalam kearifan lokal masyarakat Bugis. Masihkah ini bertahan atau sdh tergerus oleh persaingan yg kejam dan oleh hedonisme atau sistem kapitalisme?

---------

Diantara bukti benarnya iman seorang Mukmin adalah ketika ia mampu merasakan lembutnya sentuhan takdir Allah di setiap musibah dan nikmat.

-------

Hidup ini bukanlah untuk dikeluhkan. Andaikan mengeluh itu dapat menyelesaikan masalah, maka tentu org yg paling banyak mengeluh yg paling berbahagia. Akan tetapi, mengeluh hanyalah menambah daftar masalah.dan makin menjauhkan dari rasa bahagia, karena Tertipu oleh persepsi sendiri.

Yg menipu adalah persepsi yg keliru yg diyakini kebenarannya atau kebenaran yg diragukan. Pikiran keliru dan keraguan adalah hal yg banyak menyibukkan dan menyita energi dan waktu.

Ketika itulah agama hadir meluruskan persepsi yg keliru dan mengubah keraguan menjadi keyakinan yg tersimpul dalam kalimat "syahadat" yg menunjukkan keyakinannya tanpa sedikitpun keraguan. Dan, Inilah pondasi utama beragama Islam.

---------

Manusia acapkali mengerahkan energi dan waktunya tuk membangun argumen pembenaran, sehinga tersisa sedikit, bahkan kehabisan waktu dan energi tuk menyibukkan diri dgn kebenaran dan kejujuran",

--------

LAKSANA GARAM: Semua memaklumi bahwa bahan baku garam adalah air asin atau air laut. Tatkala ia berubah dari zat cair menjadi benda padat dengan tetap pada rasa asin itulah berubah nama menjadi garam. Garam memiliki banyak fungsi dan manfaat. Ketiadaan garam dalam sebuah menu makanan sering dicari karena keberadaannya menentukan kesempurnaan rasa, dan ketiadaan nya dipastikan menjadikan menu tertentu menjadi tdk sempurna. Tatkala kita hendak makan coto misalnya, garam hampir tdk pernah disebut namanya, krn seseorang tdk pernah menyebut "makan garam" kecuali jika ia tdk ada maka ia dicari. Betapapun sebuah masakan dibuat dengan sempurna tanpa garam, makanan tersebut tetap tdk sempurna rasanya. Orang lagi-lagi hanya menyebut coto, tdk garam. Demikian pula sayur, tdk disebut garam. Padahal, tanpa garam pada kedua masakan itu, rasanya tdk enak, kehadiran garam menentukan rasa. Dalam konteks kehidupan manusia, dalam kebersamaannya mungkin ada manusia yg tulus keberadaannya laksana garam, ia tdk diperhitungkan, tdk disebut, tetapi keberadaannya menentukan kesempurnaan kebersamaan dlm kelompok atau komunitas. Tatkala ia tdk ada, terasa betapa tdk sempurnanya kebersamaan. Terkadang keberadaannya tdk terlihat namun sangat jelas terasa dan menentukan rasa kebersamaan. Laksana garam dlm sebuah masakan coto, garam tdk terlihat tatkala ia larut dlm kebersamaan zat lain dlm air, garam tdk tampak lagi tapi terasa bahkan menentukan rasa. Dlm hidup ini terkadang org yg populer dan dielus-elus padahal perannya tdk maksimal. Sebaliknya, boleh jadi ada org yg tdk tampak dan tdk disebut-sebut, bahkan ia menyembunyikan kebaikannya, padahal ia tulus memberi makna, bahkan menentukan kesempurnaan hidup. Dengan demikian, jangan iri tatkala orang populer, sebab boleh jadi dgn jln hidup yg sunyi, Allah hendak menjaga dari riya yg justru merusak amal. Para wali Alllah beramal dan berikhtiar merahasiakan amal kebaikannya. Wallahu a'lam.

-------

Dunia adalah bayang-bayang yang terkadang menipu. Wujud segala sesuatu (selain Allah) laksana bayang pepohonan di atas air. Ia (semestinya) tidak dapat menghalangi perjalanan perahu di air tersebut.

Banyak orang tertipu, sehingga terhenti tatkala menatap bayang-bayang dunia, ia tidak melanjutkan perjalanan menuju Rabbnya. Terhentinya dan tidak sampai hamba kepada Rabbnya karena tertipu oleh bayang-bayang yang menghijab (merintangi) perjalanannya.

Manusia sibuk dan menghabiskan waktunya memikirkan bayang-bayang yang menipu. Ada manusia berlimpah materi duniawi atau orang papa namun ia memahami bahwa itu hanyalah ilusi sehingga mereka tetap melanjutkan perjalanan hingga sampai tujuan (Rabbnya). Seperti halnya pula banyak orang kaya dan orang miskin terhenti dan hanya sibuk mengurusi bayang-bayang (dunia).

Hal ini senada firman Allah "Dan kehidupan dunia ini tidak lain, hanyalah kesenangan yang menipu" (Qs. al-Hadid: 20), Tidaklah merugi orang meraih kesenangannya selama ia tidak tertipu, sebaliknya, merugilah orang menghabiskan waktu dalam tipuan.

-------

Terkadang hidup yg kita keluhkan sesungguhnya adalah hidup yg diinginkan oleh orang lain. Seseorang sering mengeluhkan kendaraan miliknya yang tidak mewah, terkadang orang lain menginginkan keadaan itu, karena ia belum memilikinya. seseorang adakalanya mengeluhkan karena ia kelelahan berjalan kaki, justru keadaan itu diinginkan oleh orang yang tidak memiliki kaki dst.

Orang kadang mengeluhkan keadaan tempat tinggalnya yang dinilainya tidak mewah, justru keadaan itu diinginkan oleh orang yang tidak memiliki rumah sendiri, sehingga harus ngontrak. Mampu mengontrak sendiri rumah kadang menjadi keinginan bagi orang tertentu yg terpaksa numpang dirumah orang lain dalam keadaan terus merasakan beban dan berat hati.

Hati yang tidak pernah bersyukur akan terus menderita walaupun keadaannya sudah layak menurut orang lain. Sebaliknya, hati yang terus memanjatkan syukur akan terus merasakan sebuahk kebahagiaan yang mengakrabi hidupnya. Allah mengingatkan: "Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar (kufur nikmat), ingatlah, sesungguhnya azabKu amat pedih".

--------

Ragam ujian merupakan hamparan anugerah. Variasi ujian dari Allah laksana hamparan permadani yg dipenuhi karunia Ilahi bagi yg duduk di atasnya. Sebagaimana halnya org yg duduk di atas permadani raja, ia tentu mendapatkan kenikmatan yang diberikan oleh raja kepadanya.

Ujian dari Allah berupa kesulitan membuat seorang hamba selalu hadir bersama dengan-Nya, dan Dia mendudukkannya di permadani ketulusan. Pada saat hadir itulah, hamba akan diberikan karunia rabbani dan embusan kasih dan sayang-Nya.

Sebagaimana kata Ibn Atha'illah, "jika kau mengharapkan datangnya karunia, luruskan rasa papa dan butuh pada dirimu, karena " Sedekah hanya diberikan kepada yg fakir". (Qs. al-Taubah: 60).

Di hadapan manusia kita dianjurkan mencontoh sifat-Nya, yaitu "memberi" (apa yang bermanfaat, berupa ilmu, harta, dll,), namun di hadapan Allah kita semestinya menjadi papa dan fakir agar kita berhak mendapat limpahan anugerah dan kasih-Nya. Wallahu a lam.

--------






Sabtu, 14 Desember 2019

1

takhrij hadits tentang hadits etika duduk dipinggirjalan

BAB 1
GAMBARAN UMUM HADITS

A. Pendahuluan

Da’wah adalah upaya mulia yang bertujuan untuk mengajak manusia agar melaksanakan kebaikan dan menjahui kemungkaran. Da’wah merupaka suatu keniscayaan karena kebaikan tersebut tidak akan tegak dengan sendirinya bila tidak diperjuangkan.
Oleh sebab itu kita sebagai umat islam tentu memiliki peran dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Salah satu scaranya adalah dengan berda’wah, karena melalui da;wah inilah kemungkaran dan kemaksiatan bias di antisiapasi.
Sementara itu, rujukan untuk berda’wah setelah al-quran adalah hadits nabi Muhamad SAW. Menurut Mushtha Alsiba’i dan Muhammad ‘Ajaj al Khatib mendefinisikan hadits sebagai:” segala sesuatu yang berasal dari Rasullulah, baik berupa qawl (perkataan, ucapan, sabda), fi’il (perbuatan, kelakuan) maupun taqrirnya (ketettapan, anggukan, dan diamnya), sifatnya baik fisik jasmaniah maupun akhlak moralitas, atuapun sirah (perjalanan hidup) baik itu sebelum beliau diutus sebagai rasul maupun sesudahnya. Oleh karena itulah, hadits merupakan rujukan kedua setelah al-quran.
Maka semestinyalah seorang da’i harus tahu kualitas hadits yang dijadikannya sebagai bahan da’wah, seyogyanyalah ia meninggalakan hadits yang nilainya lemah (dha’if), dongeng-dongeng, Tahayul yang dapat merusak aqidah umat islam.
Seorang da’i harus melaksanakan apa-apa yang disampaikannya pada orang lain, serta juga pada keluarganya sendiri karena Allah secara tegas menyatakan untuk memilihara diri dan keluarga dari api neraka (QS. Attahrim ayat 6), jangan sampai apa yang disampaikannya itu bertolak belakang dengan sifat dan kepribadian dari seorang da’I tersebut.
Namun pada realitanya sekarang, banyak para da’i dalam menyampaikan hadits yang kadang kala tidak tahu bagaimana status dan kualitas hadits tersebut, apakah shahih, hasan atau dha’if. Dan seringkali para da’i tersebut tidak menyebutkan sanad dan rawinya ketika dalam berda’wah. Hal ini tentu harus diperhatikan secara teliti sehingga jangan sampai suatu yang bukan berasal dari nabi tetapi dikatakan sebagai sebuah hadits, karena bias saja para da’i tersebut menyatakan syair-syair Arab, pepatah-pepatah Arab atau kata-kata bijak dan lain-lain sebagai sebuah hadits.
Begitu juga dengan para penulis majalah-majalah islami yang menyebutkan hadits –hadits dan menisbatkannya kepada nabi tanpa menyebutkan sumbernya. Meskipun demikian, mereka mengklaim bahwa hadits itu benar-benar dari nabi, padahal terkadang diantaranya ada yang lemah atau bahkan palsu, lalu sebagian mereka tidak memberi penjelasan sedikitpun tentang makna hadits tersebut. Padahal tidak dibenarkan bagi seseorang muslim untuk menisbatkan suatu hadits kepada nabi melainkan telah terbukti keontentikanya menurut kaidah para ahli hadits. Sebagaimana nabi bersabda:

حد ثنا ابو معمر قال حد ثنا عبدالوارث عن عبد العزيز قال انس انه ليمنعنى ان احدثكم حديثا كثيرا ان النبي صلى الله عليه وسلم قال من تعمن علي كد با فليثبوا مقعده من النار (البخاري)
Artinya :
(al-bukhari berkata): telah bercerita kepada kami Abu Ma’mar, ia berkata: telah bercerita kepada kami Abd al-Warits(yang cerita itu bersal) dari ‘abd al-Aziz, ia mengatakan: sesungguhnya Anas melarang saya untuk menyampaikan begitu banyak hadits kepadamu, sebab nabi bersabda: siapa saja yang sengaja berdusta kepadaku, maka hendaklah ia bersiap-siap menempati tempat duduknya di Neraka( HR. Al-Bukhari).

Jadi disitulah dituntut seorang da’i ataupun para penulis-penulis buku dan majalah-majalah harus mengerti dan tahu dengan status dan kualitas dari hadits tersebut, serta harus mengenal apakah hadits tersebut bsia di amalkan atau tidak karena ini menyangkut dengan kepentingan dan kemaslahatan umat.
Disamping itu, selain untuk memenuhi tugas takhrij al-hadits, tujuan penulis untuk meneliti sebuah hadits juga untuk menambah ilmu pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kedudukan sebuah hadits, sehingga penulis sedikit banyaknya bisa mengetahui bagaimana status dan kedudukan hadits yang akan disampaikan.


B.TINJAUAN REDAKSIONAL HADITS

Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, dan juga berdasarkan hadits yang penulis teliti yaitu:

عن ابى سعيد الخدري رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :اياكم والجلوس على الطرقات فقا لوا : مالن بدانماهي مجالسنا نثحدث فيها قال: فاذاابيتم الا المجالس فاعطواالطريق حقها قالوا: وماحقالطريق؟ قال: غضالبصر وكف الادى وردالسلام وامر بالمعروف ونهي عن المنكر (رواه البخاري ومسلم وابو داود).

Artinya : Dari Abu Si’id al-Khudri ra. Rasulullah SAW bersabda :kamu semua harus menghindari duduk diatas jalan (di pinggir jalan). Didalam riwayat lain di jalan mereka berkata, “mengapa tidak boleh padahal itu adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda “ jika tidak mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat mengobrol, “berilah hak jalan”, mereka bertanya,”apakah hak jalan itu ?” nabi bersabda,” menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak menyakiti, mejawab salam, memerintah kepada kebaikan dan melarang kemungkaran. (HR Bukhari, Muslim,Abu Daud)

Hadits tersebut penulis kutip dari sebuah buku hadits yang berjudul: Al-Hadits Aqidah, Akhlak,Sosial danHukum, karangan Prof.Dr.H Rachmat Syafe’I,MA, yang diterbitkan oleh CV Setia di bandung tahun 2008.
Sementara itu, sesuai dengan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kulia Ulumul Hadits bapak Yusrizal fendi, S.Ag,.M.Ag dan bapak Inong Satriadi, S.Ag.,MA, maka penulis bermaksud meneliti hadits tersebut, apakah hadits tersebut ditemukan dalam kitab hadits atau tidak, serta apakah benar hadits itu riwayat Bukhari, Muslim dan Abu daud atau bukan, atau apakah msih ada para perawi yang meriwayatkan hadits tersebut.



















C. Potongan Lafal dan Informasi Mu’jam Hadits
Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap mengenai matam hadits yang akan penulis teliti, maka penulis mencoba melakukan pencarian dengan beberapa potongan lafal matan hadits. Berikut potongan lafal matan hadits serta informasi yang penulis dapatkan :

Kosakata yang dipakai Mu’jam alhadits jilid dan halaman
keterangan

Kata Bentuk dasar
الجاوس جلس Jilid I halaman 359 اياكم والجلوس على الطقات
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس 114 د ادب 12, ت استءدان 30, دي استئدان 22, حم 3 , 36
الطرقات طرق Jilid III halaman 543 اياكم والجلوس على الطقات
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس 114 د ادب 12, حم 3 , 36, 47 61,
مجالسنا جلس Jilid I halaman 360 مالنابد انما هو (وروي هي) مجالسنا نتحدث فيه
خ مظالم 22, استئدان 2, م لباس114 سلام 2 3 د ادب 12 حم 3, 36




D. Rangkuman Informasi Mu’jam Hadits
Berasarkan keterangan atau petunjuk dari mu’jam diatas, maka penulis dapat merangkum informasi dari mu’jam tersebut. Berikut rangkuman informasi mu’jam Al hadits dari beberapa kosakata matan hadits yang penulis teliti :

خ مظالم22 : صحيح البخاري, كتاب مظالم, رقم الباب 22
استئدان 2 : صحيح البخاري, كتاب استئدان, رقم الباب 2
م لباس: صحيح مسلم, كتاب لباس, رقم الحديث 114
سلام 2,3: : صحيح مسلم, كتاب سلام, رقم الحديث 2,3
د ادب 12: سنن ابوداود, كتاب ادب, رقم الباب 12
دي استئدان 22: سنن الدارمي, كتاب استئدان, رقم الباب 22
ت استئدان 30: سنن الترمدي: كتاب استئدان, رقم الباب 30
حم3, 36, 47 61: مسند الامام احمد بن حنبل,الجز 3, الصفة 61, 41, 36


E. Klarifikasi Informasi Mu’jam al-Hadits ke Kitab Sumber
Maka berdasarkan data diatas, setelah dirujuk pada kitab-kitab sumber hadits yang di maksud ditemukan bahwa hadits ini memiliki 11 jalur periwayatan. Adapun lokus pemuatanya adalah:

NO Nama Kitab Jumlah Riwayat
1 Shahih Bukhari 2 bauah
2 Shahih Muslim 3 buah
3 Sunan Abu Daud 1 buah
4 Sunan Al Darimi 1 buah
5 Sunan Al Turmudzi 1 buah
6 Musnad Ahmad bin Hanbal 3 buah
Jumlah Riwayat 11 buah


F. Komentar Terhadap Informasi Mu’jam

Setelah penulis mencari dikitab mu’jam hadtis, penulis mengalami sedikit kesulitan dalam mencari hadits yang akan penulis teliti khususnya dalam kitab Sunan Al-darimi, yaitu kitab isti’zan nomor bab 22, karena setelah dicari ternyata tidak ditemukan pada no bab yang dimaksud, tetapi penulis menemukan hadits yang dimaksud pada nomor bab 26.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis dapat merangkum letak potongan matan hadits yang penulis teliti pada kitab sumber adalahsebagai berikut:
1. Shahih bukhari memuat dua riwayat yakni: pada kitab Mizlam bab nomor 22 dan pada kitab isti’zan bab nomor 2.
2. Shahih Muslim memuat tiga riwayat, yakni : pada kitab libas hadits nomor 114 dan pada kitab salam hadits nomor 2 dan 3.
3. Sunan Abu Daud memuat satu riwayat yakni: pada kitab Adab bab nomor 12.
4. sunan Al-Darimi memuat satu riwayat yakni pada kitab isti’zan bab nomor 22, tapi setelah dicari ternyata ter4dapat pada bab nomor 26.
5. Sunan Al- Tuirmudzi memuat satu riwayat yakni: pada kitab isti’zan bab nomor 30.
6. Musnad Ahmad bin Hanbal memuat satu riwayat yakni: pada juz 3 halaman 36.47 dan 61.

G. KUTIPAN HADITS DARI KITAB SUMBER
1. Shahih Al-Bukhari
a. Kitab Mizlam
حد ثنا معاذ بن فضالة حدثنا ابو عمر حفص بن ميسرة عن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال: ايا كم والجلوس على الطرقات فقالوا مالنا بدانماهي مجا لسنا نتحدث فيها قال فاذاابيتم الاالمجا لس فا عطوا الطريق حقها قالوا وما حق الطريق قال غض البصر وكف الاذىوردالسلام وامر بالمعروف ونهى عن المنكر .


b. Kitab Istikzan
حد ثنا عبدالله بن محمد اخبرنا ابوعامر حد ثنا زهير عن زيد ابن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس بالطرقات فقالو ايارسول الله ما لنامن مجا لسنا بد نتحدث فيها فقال اذ ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قال اوماحقالطريق يارسول الله قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر
2. Shahih Muslim
a. Kitab Libas
حدثنا سويد بن سعيد حدثنى حفص بن ميسرة عن زيدبن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس في الطر ات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فاذا ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر




b. Kitab Salam nomor hadits: dua
حد ثناابو بكر بن اابى شيبة حد ثنا عفان حد ثنا عبد الواحد بن زياد حد ثا عثمان بن حكيم عن اسحق بن عبدالله بن ابىطلحة عن ابيه قال قال ابو طلحةكن قعودا بالافنية نتحدث فجاء رسول الله صلى الله عليه وسلم فقام علينا فقال مالكم والمجا لس الصعدات اجتنبوا مجالس الصعدات فقلنا انما قعدنا لغيرماباس نتذا كرو نتحث قال امالافادوا حقها غض البصر ورد السلم وحسن كلا م.

c. Kitab Salam nomor hadits: tiga

حدثنا سويد بن سعيد حد ثنا حفص بن ميسرة عن زيدبن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس بالطرقات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اذا ابيتم الا المجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.

3. Sunan At-Tirmidzi
حدثنا محمود بن غيلان, حدثنا ابوداود عن شعبة عن ابي اسحاق عن البراء ولم يسمعه منه: ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بناس من الانصار وهم جلوس في الطريق,فقال: ان كنتم لا بدفاعلين فردوا السلام واعين المظلوم واهدواالسبيل

4. Sunan Abu Daud
(صحيح) حد ثنا عبدالله بن مسلمة, نا عبدالعزيز-يعنى ابن محمد.عن زيد- يعني ابن اسلم,عن عطاء بن يسار, عن ابى سعيد الخدري,ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ايا كم والجلوس بالطرقات,فقا لو: يارسول الله ما بد لنا من المجا لسنا نتحدث فيها,فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان ابيتم فاعطوا الطريق حقه,قالوا:وما حق الطريق يا رسول الله؟قال:غض البصر,وكف الاذى,ورد السلام,والامر بالمعروف, والنهى عن ا
لمنكر
<الصحيحة (2431) حجاب المراة(34)>
5. Sunan Al-Darimi
اخبرنا ابوالوليد الطيا لس,ثان ابواسحاق, عن البراء:ان رسول الله صلي الله عليه وسلم مربنا جلوس منالانصار,فقال: انكنتم فاعلين فاهدوا السبيل السبيل, وافشوا السلام, واعينوا المظلوم. قال شعبه:لم يسمع هذالحديث ابواحاق من البراء

6. Musnad Ahmad bin Hanbal
a. Juz 3 halaman 36
حد ثنا عبدالله حدثنى ابى ثنا عبدالرحمن ثنا زهير بن محمد عن زيد بن اسلم عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ايا كم الجلوس في الطرقات قال يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها قال فاما اذاابيتم الامجلسن فاعطوا الطريق حقه قال قالوا يارسول الله فم حق الطريق قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.
b. Juz 3 halaman 47
حدثنا عبدالله حد ثنى ابى حد ثنا عبدالملك ثنا هشم عن زيد عن عطاء بن يسار عن ابى سعيد الخدرى عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ايا كم الجلوس باالطرقات قالوا يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها قال فاعطوا الطريق حقها قالوا وماحق الطريق يارسول الله قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر.
d. Juz 3 halaman 61
حدثنا عبدالله حد ثنى ابى ثنا عبد الرزاق ان معمر عن زيد بن اسلم عن رجل عن ابى سعيد الخدرى ان النبى صلى الله عليه وسلم قال:ايا كم والجلوس على الطريق وربما قال معمر على الصعدات قالو يارسول الله لابد لنا من مجا لسنا قال فادوا حقها قالواوما حقها قال ردوا السلام وغضواالبصر وارشداالسا ءل وامرومعروف وانهوا عن المنكر.





BAB II
TEMUAN PENELITIAN

A. Skema Sanad dan I’tibar
dari 10 jalur sanad yang ada sebagaimana yang terlihat pada lampiran skema sanad (jalur Abu Said al-Khudri) riwayat secara keseluruhan dibagian laporan ini, maka penulis dapat melakukan I’tibar.
I’tibar dapat di artikan dengan pemeriksaan terhadap sanad hadits yang diperkirakan ghaib dengan dengan maksud untuk mengetahui apakah ada perawi lain melalui sanad yang lain yang meriwayatkan hadits tesebut. Berikut seluruh nama-nama periwayat.
Melalui cara ini maka, dapat diketahui asal usul seluruh periwayat yang dijadikan sebagai objek kajian, apakah ada muttabi’ dan syahid yang dapat memperkuat hadits yang diteliti.
Beriku penjelasan mengenai muttabi’ dan syahid.

1. Muttabi’(Sanad pendukung)
Sebagaimana yang diketahui bahawa muttabi’ adalah: hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat, namun pada jalur periwayatannya(tabi’ dan tabi’ at-tabi’in) terdapat perbedaan nama periwayat pada masing-masing jalur atau kesesuaian riwayat hadits para perawi dengan perawi fard/gharib, baik secara lafal, makna atau maknanya saja serta sumbe sahabatnya sama. Jadi perbedaan tersebut terjadi pada lapisan kedua dan seterusnya.
Dalam hal ini jalur sanad riwayat al-Bukhari yang berasal dari Abu Said al-Khudri mempunyai 6 muttabi’ yang silsilah sanad dan sighat tahammulnya adalah sebagai berikut:
a. haddatsana Abdullah bin Maslamah na Abdul Aziz yakni Ibnu Muhamad ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an Atha bin Yasar ‘an Abu SA’id al-khudri(HR. Abu DAud).
b. Haddatsana Abdullah Ibnu muhammad, akhbarna Abu amir, tsana zuhair ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an atha bin Yasar,’an abu Said al-kudri(Al- Bukahari)
c. Haddatsana Abdullah, haddatsna Abi (Ahmad bin HAnbal), tsana Abdurahman, tsana zuhairun ‘an zaid ibnu Azlam ‘an atha bin Yasar ‘an abu said al-kudri(amad bin Hanbal).
d. Haddatsana Abdullah haddatsana Abi (Ahmad bin Hanbal) tsana Abdurraza’ ana ma’amar ‘an Zaid ibnu Azlam ‘an Rijal ‘an abu Said Al-khudri(Ahamad bin Hanbal).
e. Haddatsana Abdullah haddatsana abi (Ahamad bin Hanbal)haddatsana Abdul Malik tsana Hisyam ‘an Atha Bin Yasar ‘an Abu Said al-khudri(HR. Ahmad bin Hanbal).
f. Haddatsana Suaid ibnu Sa’id haddatsana Hafsu Ibnu Maisyarah ‘an Zaid Ibnu Azlam ‘an Atha bin Yasar’an abu Said al-khudri(HR Muslim).

2. Syahid
Syahid adalah: hadits yang diriwayatkan oleh seorang sahabat yang secara lafal atau makna sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat lain atau kesesuaian riwayat hadits para perawi dengan perawi hadits fard atau gharib, baik secara lafal dan makna atau maknanya saja serta sumber sahabatnya berbeda.
Jadi peredaan riwayat terjadi pada tingkat sahabat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa, hadits yang doiriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri mempunyai syahid, karena setelah di telusuri ternyata hadits ini juga diriwayatkan oleh dua orang sahabat lainnya, sehinnga dapat dikatakan hadits ini diriwayatkan secara masyhur karena diriwayatkan oleh 3 orang sahabat yaitu: Abu Said al-Khudri, Al-bara’i dan Abu Thalhah.
Sebagaimana yang diketahui bahwa hadits masyhur ialah: hadits yang rentetan rawinya pada satu tingkat terdiri dari tiga orang atau lebih, tetapi masih diketahui jumlahnya dan belum tergolong hadits muttawatir.
B. Penjelasan Kandungan (Syarah) Hadits

Adapun kandungn dari hadits yang penulis teliti yaitu berkaitan dengan larangan oleh rasul saw untuk duduk dipinggir jalan baik yang duduk ditempat khusus, seperti diatas kursi, dibawah pohon dan lain-lain. Sebenarnya larangan tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, terbukti bahwa ketika para sahabat merasa keberatan dan menyatakan keberatan mereka dengan mengemukakan alsannya yaitu hanya itulah tempat mereka mengobrol. Dan Rasulullah pun akhirnya memperbolehkan dengan syarat harus memenuhi hak jalan. Ada pun yang termasuk hak jalan itu yaitu:

a. Menjaga pandangan mata
Menjaga merupakan suatu keharusan bagi setiap umat Islam, hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalm surat An-Nur ayat 30
            •     
Artinya: katakanlah kepada orang lak-laki yang beriman,hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluan , yang demikian itu lebih suci bagi mereka , sesungguhnya Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.(QS An-nur ayat 32).

Arti dari menundukkan pandangan adalah: tidak memandag sesuatu dengan mata melotot atau lama. Adapun keuntungan bagi orang-orang yang mampu menundukkan pandangan mata karena takut kepada Allah, maka Allah akan mengganti dengan iman dan akan merasakan nikmat dari iman itu.

Jadi sebagai umat Islam maka patuhilah apa yang diperintah Allah dan rasulnya. Sementara itu dalam sebuah hadits rasullulah bersabda:

قالرسول الله صلى الله عليه وسلم: النظرة سهم مسموم من سهام ابليس لعنه الله فمن تركها خوفا من الله اتاه الله عزوجل ايمانا يجد حلا و ته في قلبه ( رواه الحاكم وصمح اسناده)

Artinya: sesungguhnya pandangan mata itu laksana anak panah beracun dari beberapa anak panah iblis yang telah dikutuk oleh Allah. Barang siapa yang meninggalkan karna takut kepada Allah Azzawajalla memberinya keimanan yang akan dia jumpai atau dia rasakan nikmatnya dalam hatinya.

Maka bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan muhrimnya dengan pandangan syahwat. Begitu pula tidak boleh memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat .
Selain itu penyebab dilarangnya duduk dipinggirjalan karena akan berhadapan dengan bahaya fitnah wanta-wanita muda dan dikhawatirkan akan muncul fitnah setelah melihat mereka, padahal para wanita tidak dilarang melintas di jalan-jalan untuk satu keperluan.

b. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngataiatau membicarakannya. Dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kecil atau benda apasaja yang bisa menyebabkan orang lain lewat sakit atau tersinggung.


c. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkanya sunat. Oleh karena itu jika ada orang yang mengucapkan salam ketika duduk di pinggir jalan atau dimanapun maka wajib hukumnya untuk menjawab salam tersebut.seperti sabda rasulullah:
عن عبد الله بن مسلام: ياايها الناس, افشواالسلام وصلوا الارحام واطعمواالطعام وصلوا بالليلوالناس نيام تدخلواالجنة بسلام (اخرجه الترمدىوصححع)

Artinya: Dari Abdullah bin Salam ia berkata, telah bersabda rasulullah SAW,”hai manusia siarkanlah salam dan hubungan keluarga-keluarga dan berikanlah makan dan shalatlah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk sorga dengan sejahtera(dikeluarkan oleh Tirmidzi dan ia shahihkannya).

Sementara itu Allah juga berfirman dalam surat An-nisa’ ayat 86 yang berbunyi:
  •       •      • 
Artinya:
Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa) Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.(QS.Annisa’ ayat 86)

Penghormatan dalam Islam Ialah: dengan mengucapkan Assalamu'alaikum .

d. Memerintah Kepada Kebaikan dan Melarang Kepada Kemungkaran.

Apabila duduk dijalan kemudian melihat ada orang yang berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasehat dengan cara yang bijak. Jka tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekekliruan dan kecerobohanya.
Banyak nash-nashbaik dari al-qur’an maupun hadits yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dianaranya adalah firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 104
  •            
Artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
(QS.Ali Imran ayat 104)

Selain itu, dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang hendak melaksanakanya. Nabi menawarkan tiga alternatif, sebagaiman yang dinyatakan dalam sabda beliau yang artinya:

“Sa’id al-kudri berkata: saya mendengar rasulullah SAW bersabda,” barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tanganmu, kalau tidak bisa dengan ucapan atu lisan dan kalau tidak bisa, maka dengan hatinya. Namun hati iu selemah-lemah iman.(HR. muslim).

Jadi jika tetap ingin duduk di pinggir jalan maka tunaikanlah hak jalan sebagaimana yang telah diterangkan diatas.


C. Penentuan Akhir Kuwalitas Hadits
1). Model Periwayatan Matan Hadits

apabila matan dari berbagai jalur sanad yang ada diperbandingkan satu sama lain, maka diketahui bahwa proses periwayatannya berlangsung secar ma’nawi(riwayat bil makna) yaitu: periwayatan isi dan makna dari matan hadis sesuai yang dimaksud oleh Rasulullah tanpa ada perubahan sedikitpun meskipun rtedaksi matanmnya berbeda-beda.
Berikut ini model periwayatan bil ma’na matan hadits yang penulis teliti:

الترمذى الدرمي احمد بن حنبل ابو داود مسلم البخاري HR
البراء البراء ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري ابى سعيد الخدري RAWI1
ان رسول الله صلى الله عليه وسلم مر بناس من الانصار وهم جلوس في الطريق,فقال ان رسول الله صلي الله عليه وسلم مربنا جلوس منالانصار,فقال: ايا كم الجلوس في الطرقات قال يارسول الله ما لنا من مجالسن بد نتحدث فيها ايا كم والجلوس بالطرقات,فقا لو: يارسول الله ما بد لنا من المجا لسنا نتحدث فيها ايا كم والجلوس في الطر ات قالوايارسول الله ما لنامن مجا لسنا نتحدث فيها ايا كم والجلوس على الطرقات فقالوا مالنا بدانماهي مجا لسنا نتحدث فيها
V
A
R
I
A
S
I

R
I
W
A
Y
A
T
ان كنتم لا بدفاعلين فردوا السلام واعين المظلوم واهدواالسبيل انكنتم فاعلين فاهدوا السبيل السبيل, وافشوا السلام, واعينوا المظلوم. قال شعبه:لم يسمع هذالحديث ابواحاق من البراء قال فاما اذاابيتم الامجلسن فاعطوا الطريق حقه قال قالوا يارسول الله فم حق الطريق قال غض البصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم ان ابيتم فاعطوا الطريق حقه,قالوا:وما حق الطريق يا رسول الله؟قال:غض البصر,وكف الاذى,ورد السلام,والامر بالمعروف, والنهى عن المنكر قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فاذا ابيتم الا مجلس فاعطو الطريق حقه قالوا وما حقه قال غض لبصر وكف لاذىوردالسلم والامر بالمعروف والنهى عن المنكر قال فاذاابيتم الاالمجا لس فا عطوا الطريق حقها قالوا وما حق الطريق قال غض البصر وكف الاذىوردالسلام وامر بالمعروف ونهى عن المنكر

Dari keterangan diatas maka dapat dipahami bahwa kandungan makna dari hadits tersebut senada, meskipun ungkapan redaksi dari matan nya berbeda, namun semuanya sama-sama menyatakan bahawa rasulullah menyuruh untuk menghindari duduk dipinggir jalan, tapi sahabat merasa keberatan dan mereka mengemukakan alasannya. Akhirnya nabi membolehkan duduk di pinggir jalan asal bisa menunaikan hak jalan, yaitu:
a). menjaga pandangan mata.
b). tidak menyakiti orang ytang lewat.
c). menjawab salam.
d). memerintah kepada kebaikan.
e). mencegah pada kemungkaran.

2). penisbahannya
hadits yang penulis teliti merupakan Hadits qauwli, hadits qauwli adalah: segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad, baik berupa perkataan, ucapan ataupun sabda yang memuat berbagai maksud syara’, peristiwa dan keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syari’ah dan akhlak .

3). Sampainya kepada nabi muhammad SAW
Hadits yang penulis teliti termasuk hadits marfu’ qauwli hakiki. Hadits marfu’ qawli hakiki itu ialah: hadits berupa sabda (ucapan, perkataan) yang disandarkan kepada nabi dan dengan tegas dinyatakan bahwa beliau bersabda .

4). Kebersambungan sanad
Umumnya dapat dikatakan bersambung, yaitu: musnad dan muttashil. Musnad adalah: hadits yang bersambung sanadnya dari yang memberitakan sampai akhir sanadnya terus sampai kepada nabi. Sedangkan muttashil yaitu: suatu hadits yang bersambung sanadnya, baik hadits itu sampai kepada nabi atau sampai kepada sahabat nabi.
5). Sifat sanad dan cara menyampaikannya
Umumnya diawal sanad bersifat musalsal (dinyatakan sanad atau rawinya dengan sesuatu cara, sifat dan keadaan atau diriwayatkan dengan kata-kata, seperti: haddatsana dan akhbarna), serta dipenghujung sanad menjelang sahabat bersifat mu’an’an (menggunakan lafal ‘an’an) kecuali hadits riwayat muslim yang menggunakan kata qala.
6). Kuantitas(jumlah) periwayatnya
Hadits yang penulis teliti ini termasuk kategori hadits masyhur karena diriwayatkan oleh 3 orang sahabat. Tapi hadits ini tidak begitu populer karena mungkin jarang disampaikan oleh para da’i sehi8ngga jarang didengar dikalangan umat islam.

7). Kuwalitas riwayat dan kehujahannya
Hadits ini termasuk dalam kategori hadits shahih, karena hadits ini terdapat dalam kitab shahih al-Bukhari dan shahih Muslim. Sehingga bisa dijadikan hujjah dan bisa kita amalkan.
























BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan hadits yang penulis teliti maka penulis dapat menyimpulkan bahwa hadits ini termasuk hadits qauIwli, dan proses periwayatannya berlangsung secara bil makna, selain itu memiliki sanad yang bersambung. Sementara diawal sanadnya bersifat musalsal dan dipenghujung sanadnya menjelang sahabat bersifat mu’an’an. Dilihat dari kualitas riwayat dan kehujannya hadits ini termasuk hadits shahih dan bisa dijadikan hujjah, karena selain terdapat dalam kitab shahih Al-Bukhari dan Muslim, Kandungan yang terdapat dalam matan hadits ini tidak bertentangan dengan Al-quran.
Sementara, dilihat dari kandungan matanya, hadits ini memang tidak begitu populer dikalangan umat Islam namun hadits ini perlu untuk diketahui dan diamalkan, sebab hadits ini berisi hal-hal yang bersifat larangan untukl duduk dipinggir jalan, namun jika bisa memenuhi hak jalan maka diperbolehkan.
Adapun yang termasuk dalam hak jalan itu ialah:
a). menjaga pandangan mata.
b). tidak menyakiti orang ytang lewat.
c). menjawab salam.
d). memerintah kepada kebaikan.
e). mencegah pada kemungkaran.

2. saran
melihat dari temuan ini, maka penulis mendapatkan suatu pengetahuan baru mengenai penelitian hadits, sehinnga bisa di implikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan juga penulis berharab agar para pembaca bisa lebih termotivasi lagi dalam mengkaji suatu hadits sehngga bisa mengetahui minimal mengenai riwayat hadits dan status dari hadits yang diucapkan apakah termasuk kategori shahih, hasan atau dha’if serta apakah terdapat dalam kitab hadits atau tidak.
Selain itu penulis juga menerima saran-saran ayng bersifat membangun dari para pembaca semua terhadap pembuatan tugas makalah tentang takhrijul hadits ini.

Jumat, 13 Desember 2019

Naskah Pak Yusuf 3

Hidup ini idealnya bergerak berlandaskan sebuah nilai luhur. Hanya saja, secara faktual, terkadang nilai luhur itu membutuhkan ikhtiar, meminta jihad dan pengorbanan. Ikhtiar untuk bergerak meninggalkan lingkungan lama yg tidak kondusif menuju lingkungan baru yg baik, lebih baik, hingga yg terbaik menjadi keniscayaan dlm hidup ini.

Seseorang terkadang dasarnya baik, tetapi tdk didukung oleh lingkungannya, maka ia tidak bertumbuh dan berkembang menjadi baik dan lebih baik. Karena itu, manusia yg baik mesti didukung oleh lingkungan yg baik pula. Bahkan, Nabi Saw. pun berupaya keluar dr lingkungan Mekkah, Habasyah, dan Thaif yg kurang kondusif dan melakukan emigrasi bersama sahabat² beliau ke Yatsrib (Madinah skrg). Dari Madinah beliau membangun tatanan sosial yg baik, dari sanalah dakwah dan peradaban Islam berkembang pesat.

Jika diandaikan Nabi Saw. dan kaum Muhajirin dgn emas (generasi emas) yg disatu-padukan dgn generasi emas dari kaum Anshar maka Madinah adalah lingkungan baru yg kondusif. Meskipun di dalamnya ada Yahudi dan Nasrani, namun tdk mendominasi. Pristiwa historis (hijrah) tsb sejalan dgn kalimat bijak إن تغرب هذا عز مطلبه وإن تغرب ذاك عز كالذهب "Bila Anda pisahkan biji emas dari tanah maka ia menjadi mulia dan dicari. Dan, jika Anda memisahkan kayu gaharu dari kayu bakar maka ia menjadi mulia sebagaimana halnya emas".

Kemuliaan kadang baru bisa diraih dgn jihad dan hijrah.

-------

Hidup adalah gerak dan perubahan. Dinamika selalu terjadi setiap saat, sebab hidup di dunia penuh dgn kesementaraan. Terhadap irama gerak kehidupan, manusia harus mampu beresonansi dengannya. Tak perlu khawatir, apalagi memaki perubahan yg terjadi. Justru, manusia harus mampu memimpin perubahan dan memastikan perubahan bergerak ke arah yg baik dan benar. Kalau tidak, perubahan akan menggilas manusia.

Matahari pun setiap hari terbit dan terbenam mengikuti sunnatullah. Kemunculannya di siang hari memancarkan cahayanya menerangi planet bumi dan memberi energi kehidupan kpd makhluk Tuhan. Ketersembunyiannya di malam hari mengingatkan manusia untuk istirahatkan fisik dan menajamkan rohani. Ia terus bergerak menebar manfaat. Rupanya inilah antara lain rahasia matahari tatkala Allah bersumpah "Demi matahari..." dlm surah asy-Syamsi.

Dalam ungkapan syair, manusia dianalogikan dgn matahari :والشمس لو وقفت في الفلك دائمة لملها الناس من عجم ومن عرب "Dan sang surya, andaikan tetap (berdiam) di ufuk, niscaya menjemukan manusia, baik bagi non Arab maupun orang Arab".

-------

Mengembara untuk mewujudkan tujuan yg baik, khususnya perjalanan untuk tujuan menuntut ilmu merupakan salah satu jalan yg dianjurkan. Para ulama sekaliber imam Syafi'i misalnya, beliau mengembara ke beberapa tempat dan negeri untuk menemui sejumlah ulama dan berguru kepada mereka.

Masalahnya, untuk memulai suatu pengembaraan dan perjalanan jauh, seseorang kadang merasakan dilema. Terasa berat untuk meninggalkan lingkungan lama yg terasa sudah menyatu dlm hidup. Kenangan indah bersama orang² yg baik seolah tak ada lg penggantinya di tempat tujuan yg baru. Belum lg kekhawatiran terhadap kemungkinan adanya kesulitan hidup di sana, dan entah kpd siapa harus minta tolong.

Terhadap kekhawatiran tsb, diingatkan kpd pemuda yg hendak menuntut ilmu: "سافر تجد عوضا عمن تفارقه وانصب فإن لذيد العيش فى النصب" (Tempuhlah perjalanan jauh! Kamu akan mendapatkan pengganti org² yg kamu tinggalkan. Dan berusahalah, krn sungguh nikmatnya hidup ada pada usaha keras).

---------

Masa lalu telah berlalu, masa sekarang kita berada di dalamnya, masa depan penuh teka-teki dan ketidakpastian di sisi manusia.

Jangan putus asa karena masa lalu, ia telah berlalu. Jangan terlena dgn kemewahan atau larut dlm ratapan penderitan hari ini, karena ketika berlalu gulita dan senyapnya malam, akan segera terbit sang surya, sang penerang.

Jangan bergantung dan berharap pada masa depan. Tapi, bergantung dan berharaplah pada Allah yg menciptakan masa lalu, kini, dan masa depan. Hanyalah Allah satu satunya tempat bergantung dan berharap "الله الصمد"

---------

Sungguh, manusia diangkat menjadi khalifah untuk memakmurkan bumi. إني جاعل فى الأرض خليفة "Sesungguhnya Aku bermaksud menjadikan manusia (Adam) sebagai khalifah di bumi" (Q.S. al-Baqarah : 30). Sebagai khalifah, manusia bertugas untuk memelihara dan mengantarkan segala sesuatu yg ada di bumi untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Itu sebabnya, dilarang memetik buah-buahan yg belum matang kecuali untuk alasan tertentu yg dibenarkan. Sebagai misal, memetik buah sawo manila yg muda untuk dijadikan obat tipus. Kalau dipetik lalu dibuang, berarti manusia gagal memelihara dan mengantar tumbuhan tsb pada tujuannya, yaitu untuk dinikmati oleh manusia atau binatang tatkala sdh matang.

Begitu pula halnya, dilarang menyembelih binatang yg belum mencapai usia tertentu. Misalnya, tidak sah, bahkan dilarang berkurban dgn anak kambing yg blm mencapai umur, karena blm mencapai tujuannya sbg sumber gizi hewani yg bermanfaat bg manusia.

Tugas manusia terhadap sesamanya, antara lain diwujudkan dlm bentuk pendidikan, amar ma'ruf, dan nahi mungkar. Tugas-tugas tsb bertujuan mengantar manusia untuk mewujudkan tujuan penciptaannya, yaitu melaksanakan penghambaan dgn benar kpd Allah dan menebar manfaat kepada seama manusia pd khususnya, dan sesama makhluk pd umumnya. والله أعلم

--------

** KETIKA ILMU MINUS NILAI LUHUR ****

Proses interaksi antara guru dan murid adalah interaksi edukatif. Karenanya keseluruhannya merupakan proses pendidikan, tdk hanya transfer pengetahuan (knowledge) dari otak guru ke memori muridnya, melainkan jg transfer nilai-nilai (values) dari kesadaran dan penghayatan guru kepada hati para murid.

Jika seorang pengajar hanya fokus mencerdaskan otak murid/siswanya, maka otaknya akan penuh sesak dgn teori. Sementara, hatinya kosong tak terisi nilai-nilai luhur. Keadaan ini mengantar para murid (generasi) kelak tumbuh dan berkembang dijejali dgn sekumpulan informasi teoretis, namun hati yg tak tercerahkan (buta). Ilmu bergerak ke atas, sementara akhlak ke bawah. Tak berjalan seirama.

Akibatnya, lahirlah generasi dgn strata pendidikan tinggi, namun minus integritas, minus iman, dan minus akhlak. Padahal, suatu bangsa tdk hanya akan rusak di tangan orang-orang bodoh (tdk profesional), melainkan juga di tangan kaum terpelajar yg memperturutkan hawa nafsu duniawi semata.

Berkaitan dgn itu, kita diajarkan satu doa: اللهم إني أعوذ بك من علم لاينفع ومن قلب لايشبع ومن دعوة لايستجاب لها (ya Allah, sungguh aku memohon perlindungan kpd-Mu dari suatu ilmu yg tdk bermanfaat (tdk membawa kemaslahatan), dari hati/jiwa yg tdk pernah puas, dan dari doa yg tdk diijabah).

Akhirnya, Paradigma pendidikan harus bergerak mencerdaskan otak, menajamkan hati (dgn nilai iman dan takwa), menyempurnakan akhlak, menyehatkan fisik demi mewujudkan generasi yg tangguh dan mewujudkan manusia seutuhnya. Semoga! Amin! والله اعلم.

--------

Apa itu "الحمد لله"?

Kita sering mendengar atau mengucapkan الحمد لله saat mendengarkan berita yg membahagiakan, atau ketika menerima nikmat, serta terhindar dr suatu musibah.

Lalu, bagaimana, andaikan trjd keadaan sebaliknya? Apakah ucapan tersebut dipending ataukah tetap terucap? Hakikatnya, memuji Allah dan bersyukur kpdNya itu dalam semua keadaan.

Tidak semua org mampu memuji Allah dan mensyukuriNya. Kalau bukan krn pertolonganNya, niscaya kt tak mampu memuji dan mensyukuriNya. Itulah antara lain makna doa "اللهم اعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك" ( ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingatMu, bersyukur kpdMu, dan mewujudkan ibadah yg baik kpdMu).

Seluruh pujian hanya pantas diterima dan disandang oleh Allah. Oleh krn itu, tatkala saya, Anda, dan kita semua memperoleh pujian dr sesama maka pujilah Allah yg telah menampakkan sisi baikmu dan menutup aibmu. Dia hanya menutupnya shg tampak yg terpuji sj. Allah memberi pahala atas kebaikanmu dan menangguhkan hukumanNya atas keburukanmu serta menunggumu untuk brtobat.
Maka الحمد لله على كل حال وفى كل حال .

---------

APA MAKNA "انا لله وانا اليه راجعون"?

Rasa kepemilikan terhadap sesuatu sering menguasai jiwa. Padahal, segalanya hanya titipan, bersyukur apabila dipercaya mengurusnya sekaligus mempertanggung-jawabkannya di hadapan Pemiliknya.

Terkadang Allah menambah titipanNya, terkadang pula mengambilnya lalu menggantikan yg lain yg setara atau yg lebih baik. Bahkan pada saat yg telah ditentukan, Dia mengambilnya tanpa menggantikannya. Saat seluruh titipan itu ditariknya maka amanah kehidupan dunia pun diakhirinya.

Sesungguhnya, manusia tak memiliki sesuatu, bahkan manusia tidak lain adalah milik Allah dan pasti kembali kepadaNya. Kesadaran tak memiliki apa-apa itu terlafazkan saat ada musibah atau mengetahui ada seseorang yg meninggal. انا لله وانا اليه راجعون.

Rasa kepemilikan itu yg membuat manusia lalai, serakah, bakhil. Sebaliknya, kesadaran bhw semuanya, termasuk diri kita adalah milik Allah "انا لله "akan menjadikan titipan itu bukan tujuan, melainkan tujuan kita adalah Allah "اليه راجعون "hanya kepadaNya (tujuan) kita kembali". Entah kapan wktunya, di mana terjadinya, dan bagaimana cara terjadinya. الله اعلم

-----



Naskah Pak Yusuf 2

Setiap produk pemikiran ada tempatnya sebagaimana setiap tempat atau ruang ada pandangan yang relevan. Jika suatu pandangan lahir dalam ruang yang tepat maka pendapat tersebut menemukan ruang dan momentumnya yang tepat pula. Sebuah pandangan yang baik namun lahir dalam ruang dan momentum yang kurang tepat akan menimbulkan reaksi bahkan penolakani.

Ikhtiar mencegah mudarat sebaiknya ditunda apabila berpotensi menimbulkan mudarat yang lebih berat. Pandangan yang baik tidak serta merta harus dipublikasikan sebelum menemukan ruang dan momentumnya. Terkadang harus ditunda sampai menemukan ruang dan momentumnya yang pas agar menghadirkan kemaslahstan khalayak (al-maslahat al-'ammah).

Ada baiknya kita belajar dari cara Allah. Dia berkuasa mewahyukan sekaligus Alquran kepada Rasulullah. Akan tetapi kenyataannya, ayat-ayat Alquran diturunkan secara bertahap dalam tempo kurang lebih 23 tahun turun pada setiap momentum dan ruangnya sendiri-sendiri. Hal inilah yang kemudian disebut sababun nuzul atau asbabun nuzul dan makkiyyah-madaniyyah. Dalam studi hadis pun dikenal asbabul wurul.

Pemahaman teks primer Islam (Alquran dan Hadis) yang memisahkan dari momentum historis lahirnya teks-teks tersebut, dapat menimbulkan pemahaman yang tidak relevan. Sehingga, pemahaman yang dihasilkan terkesan mengabaikan ruang dan momentum padahal boleh jadi tujuannya sangat baik.

Dalam mengambil kesimpulan-kesimpulan hukum Islam pun demikian. Ada beberapa variabel yang mesti diperhatikan antara lain :keadaan, tempat (ruang), zaman (momentum). Sambil memperhatikan aspek-aspek tersebut, prosedur pengambilan kesimpulan (istimbat) hukum berupa kaidah -kaidah fiqhiyah dan cara penggunaannya diterapkan. Sehingga hasilnya dapat diukur berdasarkan timbangan ilmiah. Perdebatan akan sampai pada satu titik temu, atau paling tidak, saling memahami dan saling menghormati.

---------

Permusuhan adalah target dan keinginan setan. "Sesungguhnya setan hanyalah menghendaki terjadinya permusuhan di antara kalian... (al-Maidah : 91). Kontestasi atau persaingan tak jarang berubah bentuk menjadi permusuhan di antara sesama anak manusia. Kalau setan sudah berhasil mengubah persaingan menjadi permusuhan maka yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu. Pemenang sesungguhnya hanyalah setan.
Sebab, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Demikian petunjuk Alquran.

---------

Jatuh bangun hampir dialami oleh semua manusia. Betapa banyak biografi orang sukses ditulis dengan mengisahkan penderitaannya di masa lalu. Bahkan, orang-orang sukses sering bangga mengisahkan liku-liku hidup dan penderitaannya di masa lalu.

Mereka beralasan bahwa kisah-kisah itu ditulis dengan rapi dan dipublish agar menjadi 'ibrah (inspirasi) bagi generasi setelahnya. Hal ini juga menjadi pola Alquran. Kisah-kisah para nabi dan rasul dan orang bijak (misalnya luqman al-hakim) yang selanjutnya ditetapkan menjadi salah satu nama surah dalam Alquran, yaitu surah Luqman. Tidak hanya mereka, bahkan kisah para pendosa dan penentang rasul pun dimuat, seperti Fir'aun.

Alquran menggunakan pola pembelajaran dalam bentuk kisah, yang selanjutnya diabadikan dalam salah nama surah Alquran, yaitu surah al-Qasas (kisah-kisah). Serpihan cerita mengandung makna bagaimana belajar mengambil hikmah dan menjadi bijak dalam bersikap.

Para sahabat disebut 'sahabat Nabi', karena kesetiaan mereka dalam duka dan suka yang dialami oleh Nabi dalam perjalanan dakwahnya. Abu Bakar rela tidak membangunkan Nabi saat tertidur dalam persembunyian di dalam satu gua karena kelelahan yang dirasakan Nabi, meski Abu Bakar kesakitan dipatok seekor ular kakinya demi menjaga Nabi dari kejaran orang kafir.

Seperti kesetiaan Abu Bakar, Umar bin Khattab pun siap mempertaruhkan nyawanya untuk menolong Nabi saat dihalangi untuk hijrah ke Yatsrib (kini namanya Madinah). Demikian puja Ali yang siap menggantikan tempat tidur Nabi - yang juga nyawa taruhannya - demi memuluskan strategi perjalanan hijrah Nabi dari upaya kaum kafir untuk menghalanginya Demikian pula Usman bin 'Affan yang rela mengorbankan dan mewakafkan kepemilikan hartanya untuk Islam membantu Nabi dalam melancarkan dakwahnya. Bahkan istri Nabi, Khadijah al-Kubra' seorang wanita kaya yang kemudian menghabiskan hartanya demi menyokong dakwah Islam.

Singkatnya, sahabat adalah orang-orang yang hadir di saat suka dan duka, di saat butuh dan dibutuhkan, saat anda sukses dan terpuruk, saat anda naik reputasi atau saat jatuh terjungkal. Saat orang tidak mempercayaimu dan hendak menjatuhkanmu, menceritakan kejelekanmu, seorang sahabat merapat dan melihat sisi kebaikan dan potensimu. Ia hadir mendukung visi dan misi hidupmu yang positif. Reputasimu pun naik karenanya, maka rawatlah hubungan itu, mungkin itu manusia yang dikirim Allah untukmu atau boleh jadi engkau diorbitkan Allah untuk dia.

-----------

1. Ban dalam. Pada mobil dan kendaraan darat lainnya, ada bagian yang terkadang tidak tampak, posisinya di bawah, menentukan mobil/kendaraan dapat berjalan atau tidak. Saat ban terpisah dari bagian lainnya pun masih dapat dimanfaatkan. Dalam kondisi yang sangat genting, termasuk ketika banjir, ia masih dapat dimanfaatkan sebagai pelampung.

2. Cergen. Saat kemarau cergen sering diisi air untuk menampung air bersih untuk berbagai keperluan, terutama untuk air minum. Saat banjir melanda, cergen kosongkan lalu ditutup sedapat mungkin untuk dijadikan pelampung, dan telah terbukti mengantar keselamatan banyak orang.

Dalam hidup ini, terkadang ada orang yang kurang diperhitungkan, namun mereka lebih siap mempertaruhkan nyawanya untuk menolong saudaranya yang membutuhkan. Saat situasi normal, mereka jarang dijadikan perbincangan mengenai kontribusinya, apalagi pengaruhnya, namun keberadaannya sangat bermanfaat, ia hadir saat situasi yang genting (termasuk ketika banjir).

--------

Curang dalam Menguliti Kambing = Korupsi
************************************************
Seseorang yang bertugas menguliti kambing biasanya diberi hak atau bagian untuk mengambil kulit kambing tersebut. Selanjutnya, terserah, dia jual atau diolah dan dimanfaatkan. Itu haknya. Tugasnya adalah bekerja memisahkan kulit dan dagingnya dengan hati-hati, tidak curang sedikit pun.

Dalam memisahkan kulit dari daging dan bagian yang lainnya, dia harus menjaga kepercayaan orang yang mempekerjakannya untuk menguliti kambing tersebut. Ia harus berhati-hati, agar tidak mengambil sedikit pun daging kambing tersebut. Tidak ada haknya kecuali kulitnya semata.

Mengambil sedikit saja selain kulitnya, itu disebut gulul ( غلول atau korupsi). Mengambil sedikit saja -apalagi banyak- dari bagian selain kulit kambing itu, termasuk teririsnya sedikit daging itu dan bercampur antara yang hak (kulit) dan yang bukan haknya (selain kulit). Akibatnya, Menjadikan status kulit terkontaminasi oleh kecurangan mengambil daging meski sedikit, menjadi tidak bersih.

Kewajiban dia adalah memisahkan kulit dan dagingnya. Haram hukumnya apabila ia mengambil/mengiris sedikit pun dagingnya. Ia wajib menyerahkan secara utuh dagingnya kepada si pemiliknya. Haknya adalah mengambil kulitnya saja.

Demikian pula, orang yang dititipi amanah (jabatan) apapun, ia tidak boleh curang mengambil lebih dari haknya. Kalau menjadi pekerja menguliti kambing saja itu amanah memisahkan kulit dari dagingnya, apatah lagi mengemban amanah sebagai pejabat publik. Tanggung jawabnya lebih besar, tidak hanya terhadap KPK tapi lebih lebih di hadapan Allah. Apalagi bermain-main mencari dalil pembenaran untuk mengubah dan mengabsahkan sesuatu yang bukan haknya.

-------

Mengapa Anda Kecewa saat tujuan dan keinginan tidak tercapai? Kekecewaan lebih dekat dengan ketidaktercapaian harapan dan keinginan. Inilah keadaan yang umum. Bahkan ada pula yang berakibat dengan putus-asa. Inilah keadaan yang paling buruk. Andaikan seseorang memahami hikmah di balik setiap keterhalangannya dari cita-citanya maka ia berbahagia. Bahkan, ketercegahan untuk meraihnya adalah pemberian dan pencapaian itu sendiri.

Dalam sebuah kisahnya, seorang berusia paruh baya bercerita. Ia pernah mengamuk di sebuah bandara, lantaran pesawatnya terbang sebelum ia sampai di bandara. Setiba di bandara ia langsung mengamuk dan menghardik sopir taksi yang mengantarnya dan petugas bandara. Akhirnya, ia ditenangkan oleh beberapa petugas bandara.

Berselang beberapa jam ternyata ada kabar bahwa pesawat yang baru saja meninggalkannya itu mengalami kecelakaan dan penumpangnya mengalami kecelakaan meninggal dunia. Hikmahnya adalah bahwa mungkin keterlambatannya merupakan jawaban atas doanya agar ia selamat. Yang bersangkutan pernah berdoa kepada Allah sebelum berangkat agar ia diselamatkan dalam perjalanan. Karena itu, cara Allah menyelamatkan adalah dengan membuatnya ia terlambat mencapai pesawat tersebut.

----------

Kesehatan merupakan impian setiap orang. Kesehatan juga bisa jadi merupakan jawaban dari berbagai macam doa. Mungkin ada orang bahkan Anda pernah berdoa, semoga Allah memberikan rezeki berupa uang atau materi lainnya. Namun, Anda dan keluarga hidup sehat wal afiat, dengan begitu itu Anda tak perlu menghabiskan uang/materi dan waktu untuk berobat. Dengan begitu, Harta anda terjaga, dan batin Anda tenang, bukan?. Dan dengan kesehatan, Anda memiliki kesempatan untuk bekerja menjemput rezeki setiap hari. Padahal, mungkin saat Anda berdoa meminta rezeki, Anda lupa meminta kesehatan, namun Allah tetap memberimu kesehatan.

Kadang kita tidak sadar, doa kita telah diterima,. Kita terlalu fokus pada apa yang kita minta, namun lalai menyadari bahwa Allah memberikan yang lebih baik daripada apa yang kita minta, bahkan yang tidak sempat kita minta padahal sangat dibutuhkan. Bukankah orang sakit saat menderita satu jenis penyakit saja kadang harus mengeluarkan uang miliaran jumlahnya, apalagi jika ia menderita lebih dari satu penyakit.

Memang, nikmat kesehatan kadang tak disadari pentingnya saat ia masih menjadi "mahkota" di atas kepala (saat sehat). Orang yang paling sadar akan pentingnya kesehatan adalah mereka yang sedang menderita sakit. Ini sejalan dengan pernyataan "الصحة تاج على رءوس الأصحاء لا يراه إلا المرضى Artinya: "kesehatan itu adalah mahkota (yang diletakkan/dipasangkan di atas kepala orang-orang sehat. Ia tidak dilihat, kecuali oleh orang-orang yang sakit".

----------

Jika Anda tidak ingin kehilangan sesuatu maka janganlah mengejar sesuatu yang akan lenyap. Jangan bersandar pada makhluk karena makhluk itu akan lenyap (ibnu Atha'illah dalam al-Hikam). Bersandar dan bergantunglah hanya pada Allah. Dia adalah al-Shamad, satu-satunya tempat bergantung.

Jika suatu nikmat mendatangimu, ucapkanlah "welcome", selamat datang, dan bersyukurlah pada yang mengirim kebaikan padamu. Jika kebaikan itu sudah waktunya berpisah denganmu maka bersabarlah, dan lapangkanlah jalan kebaikan berikutnya untuk mendatangimu.

Manusia diuji dari dua sisi. Diberi nikmat untuk menguji, apakah ia bersyukur atau kufur nikmat. Diberi musibah untuk menguji, apakah ia bersabar atau berkeluh kesah. Betapa banyak manusia sadar merasa diuji saat didatangi musibah. Namun, betapa banyak pula manusia yang lalai dan gagal saat diuji dengan nikmat. Tak ada ruang, waktu, dan keadaan dalam hidup ini, kecuali itu hanyalah ujian semata.

--------

Tatkala Anda kecewa karena gagal, boleh jadi Allah sedang menyapamu dengan kelembutanNya. Dia mengajarkan akidah yang mantap bahwa hanya kepada-Nya tempat bergantung dan berharap. Sedangkan akidah yang mantap itu lebih tinggi nilainya daripada apa yang membuatmu kecewa. Letakkan harapan pada Yang tidak pernah membuatmu kecewa. "DIA (Allah)tempat bergantung" (Q.s. al-Ikhlas ayat 2).

--------

Saat kanak-kanak kita tak punya kemampuan (semua hanya bergantung). Saat remaja punya kemauan dan kesempatan tapi belum punya kemampuan. Saat produktif/sudah kerja ada kemampuan tapi belum tentu ada kesempatan. Saat pensiun punya kesempatan dan materi namun tak punya kemampuan lagi.

Berkumpulnya nikmat motivasi, kesempatan, dan kemampuan pada seseorang adalah nikmat yang langka namun sering melalaikan. Bila mendapatkannya secara bersamaan maka keadaan itu merupakan nikmat besar yang mesti disyukuri dan dimanfaatkan. Bila lalai, itu kerugian besar. (terinspirasi Qs. Al-'Ashr).

---------

Bahagia dan sedih datang bergantian? Ucapkan "welcome" padanya. Terima saja! Jika ia ingin pergi, lepaskan saja sepenuhnya, dan ucapkan selamat jalan. Akan ada kebahagian dan kesedihan berikutnya yang segera menyusul. Dunia bukan tempat keabadian, melainkan penuh kesementaraan. Hari ini Anda bahagia atas kelahiran bayi, mungkin hari-hari berikutnya akan ada berita kematian yang menyedihkan.

Kekhawatiran, apalagi enggan menyambut kesedihan atau kekhawatiran yang berlebihan akan perginya kebahagiaan dari diri Anda adalah beban. Kesalahan diri sendiri atau orang lain, bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dijadikan pelajaran dan dimaafkan. Memaksakan diri untuk melupakan atau enggan memaafkan selamanya hanya akan menambah beban.

---------

Mengecheck daftar keinginan merupakan pekerjaan yang hampir terlupakan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, setiap saat daftar keinginan bertambah. Setiap pertambahannya dapat menjadi beban baru.Ada yang mendesak dan ada pula biasa-biasa saja. Ada yang berakhir dengan sendirinya tertimbun dalam hayalan. Ada pula yang mendorong dengan kuat menjadi ambisi.

Pernahkah kita mengecek kesesuaian antara daftar keinginan itu dengan daftar amal-amal yang Allah ridhai yang termaktub dalam Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya? Ataukah, itu hanya lahir dari keinginan hawa nafsu belaka? Jika belum, maka tentu ridha dan taufik Allah belum menjadi tujuan dari amal-amal kita. Padahal,".... sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada tujuannya (niat pelakunya...").Demikian Nabi Saw. mengabarkan.

Setiap orang menginginkan kebahagiaan. Ada yang berkata, jika Anda masih menginginkan kebahagiaan maka sesungguhnya itu tandanya Anda belum bahagia. Jika Anda berhenti menginginkan kebahagiaan maka Anda sedang bahagia seutuhnya. Bahagia itu, puncaknya jika Anda ridha terhadap apa yang Allah ridhai, dan Allah meridhai apa yang Anda ridhai (radhiyatan mardhiyatun).

---------

MEMAKNAI IHRAM

Ihram merupakan salahsatu rukun hajji. Meninggalkannyamengakibatkan hajji tdk sah. Dengan berihram, seseorang telah berada pada anak tangga pertama mendapatkan kedudukan sebagai tamu Allah. Tujuannya semata-mata memperoleh ridha-Nya, bukan yg lain.

Ketika mengenakan pakaian ihram -=dengan penuh kesadaran -, para tamu Allah hendaknya menanggalkan pakaian sehari-hari yg merupakan simbol dan atribut kebesaran, pembeda antara satu dengan yg lainnya. Kenakan pakaian ihram sebagai simbol persamaan, menyandang status yg sama sebagai "dhuyuufur Rahmaan" (tetamu Allah).

Ihram adalah star/awal menyatakan tekad (niat) untuk mematuhi ketentuan, termasuk menghindari larangan-larangan selama menjalani ihram hajji hingga larangan itu berakhir (tahallul). Secara spritual, Ihram menandakan ketaatan penuh dan kepasrahan total kepada-Nya (sebagai esensi dari makna Islam).

Secara sosial, ketika berihram, dilarang berkata kotor, fasik, dan berbantahan. Larangan ini engkau indahkan meski sudah kembali ke tanah airmu. Ihram melambangkan persamaan dan kedamaian. Ia juga melambangkan kasih sayang tanpa batas termasuk kepada tumbuhan dan binatang. Jangan cabut pohon dan jangan berburu atau membunuh binatang selama ihram berlangsung.

Jagalah pesan ihram itu baik saat berihram maupun setelah kembali ke tanah airmu. Insya Allah, kepulangan engkau dinanti manusia sebagai pembawa kedamaian. Engkau dinanti oleh tumbuhan dan binatang untuk kembali menjadi pelindungnya. Engkau kembali ke negerimu sebagai duta rahmatan lil alamiin. Semoga!

--------

Awal keberadaan kita di dunia tak punya apa-apa. Kemudian punya nama pemberian kedua orangtua . Pakaian pun diberikan dan dikenakan untuk menutupi tubuh Ilmu dan pengalaman ditransfer dari orang lain. Tak punya apa-apa, kecuali hanya membawa potensi (fitrah) pemberian Tuhan. Semuanya hanya pemberian.

Lalu, tumbuh beranjak remaja, dan dewasa, serta mandiri. Potensi kita mengalami dinamika, berkembang. Obsesi dan naluri "kepemilikan" juga mendorong untuk berkerja untuk memiliki banyak hal. Ingin memiliki pasangan hidup, keturunan, harta, tahta, jabatan, pengaruh, nama besar, karya, dll.

Namun, masa tua tak dapat dihalau. Perlahan tapi pasti, kepemilikan dan capaian akan memisahkan diri dari pemiliknya (kita) kembali kepada Pemilik yang sesungguhnya (Allah). Pasangan (suami-istri) akan berpisah, entah bersamaan atau tidak, anak mulai memisahkan diri dari orangtuanya untuk membentuk keluarga baru. Harta yang telah dimiliki saatnya dibagikan kepada anak-anak. Kekuasaan dan jabatan beralih ke generasi berikutnya. Karya tinggal direkam oleh sejarah.

Puncaknya, ketika harta menjadi milik ahli waris. Semua harus ditinggalkan, dunia memang hanyalah laksana fatamorgana, penuh kesementaraan. Kita bergerak menuju kepada keabadian. Masih ingatkah? Kita datang ke dunia tak punya apa-apa dan meninggalkannya pun tak membawa apa-apa. Masih ingatkah janji yang azali? Kita hanya datang membawa ajaran لا اله إلا الله disambut dengan لا إله إلا الله menjalani hidup dengan لا إله إلا الله dan meninggalkan kesementaraan (dunia) ini semoga tersimpul pula dengan kalimat terakhir "لا إله إلا الله".

---------

Statement "CINTA" kepada ALLAH kadang harus diuji keabsahannya. Antara lain, Allah mencabut sedikit "kepemilikan hamba" untuk menakar kualitas cinta hamba kepada Rabbnya. Benarkah hamba tersebut ridha tatkala kehilangan sedikit dunia demi membuktikan CINTA kpd Allah? Ataukah sebaliknya, ia menukar CINTAnya kpd Allah untuk memperoleh sedikit dunia? Ketika Allah mencabut sedikit "kepemilikan hambaNya" pada hakikatnya Dia sedang menyampaikan sebuah pesan bahwa "itu semua milik Allah, termasuk dirinya". Kehilangan sedikit dunia karena Allah adalah lebih baik daripada kehilangan cinta kepada-Nya karena dunia semata.

Nabi Ibrahim a.s., Ismail, dan Hajar telah membuktikan CINTAnya kpd Allah di atas segalanya, termasuk di atas cinta kepada putranya. Akhirnya, Allah mengangkat posisi Ibrahim a.s. ke posisi yg mulia, sebagai Khalilullah (kekasih Allah). Nama beliau dan keluarganya diharumkan dlm lembaran al-Qur'an ketika Allah menuturkan kisahnya. Dan, Setiap kita bershalawat kpd Nabi Muhammad Saw. dan keluarganya kita juga bershalawat kepada Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya. اللهم صل على (سيدنا) محمد وعلى ال (سيدنا) محمد كما صليت على(سيدنا)إبراهيم وعلى أل (سيدنا) إبراهيم .... Wallahu a'lam.

--------

Terkadang nafsu menerima dan berdamai dgn kebohongan jika kebohongan menguntungkan. Seperti halnya pula nafsu acapkali menolak kebenaran karena harus menanggung resiko sebuah kejujuran.Saat itu nurani menjerit tak bisa menerima . Ia terus menyuarakan kejujuran.

Tatkala nurani (qalbu yg dipenuhi cahaya) perlahan telah meredup, bahkan padam, saat itulah zhulmani (qalbu yg dipenuhi gelapan) memainkan perannya menerima dan berdamai dgn kebohongan untuk meraih keuntungan sesaat. Saat itu jeritan nurani makin membutuhkan nasihat kebenaran dan kesabaran dari saudara yg lain. Dengarkanlah!

Kata "hati-hati" adalah sentuhan yg mengingatkan agar hati tak pernah meredup, apalagi padam dalam melangkah, berucap, dan bertindak. Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami pada agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu! Aamiin!

---------










©copyright Sahyul Blog 2019 - Designed By Blogger Templates | Distributed By Gooyaabi Templates